Ify menghadap ibunya pedih. Tak berani menatapnya walau sekejap. Meski sejatinya ia setengah berhati iblis, ketika menghadap wanita yang melahirkannya, Ify bagaikan boneka. Hati malaikatnya bekerja. Ia tak bisa berbuat apa-apa, dan tak bisa berkata apa pun.
'Bu, aku kangen,' batinnya perih. Inginnya Ify memeluk wanita itu erat, tetapi dirinya tak siap dengan penolakan sang ibu.
Melihat ibunya terbaring berselang infus seperti itu membuat hatinya seperti diremas sampai hancur. Sehingga tanya itu hadir dari dirinya sendiri.
'Mengapa ibu sakit begini? Bukankah selama kita hidup bersama, ibu selalu sehat? Apakah aku penyebabnya, Bu?'
Tak tahan, rasa hatinya ingin mencurahkan kepedihan itu dengan menangis, tetapi mati-matian ditahannya.