Mereka duduk di bangku kayu ukiran pelataran Vila. Ify tetap menolak masuk ke dalam. Ia takut calon mertuanya akan berniat buruk.
Tak ada yang bisa Davin lakukan selain menuruti apa yang calon menantunya mau. Mereka pun duduk menghadap ke ufuk barat. Ke arah matahari akan menenggelamkan diri dan memancarkan cahaya senjanya yang tak berlangsung lama.
"Jadi ada apa ini? Kenapa Om menyeret saya kemari? Jujur saja saya takut sama Om," kata Ify gamblang. Meski sejatinya ia kini tambah takut setelah mengungkapkan isi hatinya.
Ucapan Ify bersambut tawa. Lelaki setengah baya yang serakah itu menggeleng. Menatap Ify dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.
"Kamu itu ngaco terus. Aku ajak kamu ke sini karena ingin bicarakan hal yang sangat penting. Tentang perusahaan orang tua Sofia. Aku ingin membuat mereka bangkrut dan ingin kamu membantu."
Serasa geledek di atas kepala, Ify ternganga.
"Tidak cukupkah hanya dengan dokumen rahasia itu? Untuk apa menghancurkan kehidupan mereka?"