Angin malam menyiur menerpa wajah Nazam di sepanjang langkahnya menuju apartemen. Semua terasa hampa sejak Sofia memutuskan untuk minggat.
Nazam berdiri tepat menghadap pintu apartemen yang kini ruangannya dikuasai Gladis. Ia memejam mata sejenak untuk berpikir apakah dia harus masuk atau jangan?
"Kalau sampai timbul fitnah bagaimana? Kami hanya berdua, bukan pasangan halal pula. Haih, sial!" Lelaki ini sungguh ketar-ketir.
"Tapi kalau tak masuk, bagaimana aku bisa membuat perhitungan dengan Gladis? Dia juga harus tahu batasan bagaimana bersikap padaku di hadapan Sofia."
Benar. Nazam telah bertekad untuk memperbaiki semua meski sulit. Setidaknya, ia akan bicara baik-baik pada Gladis agar menyadari sikap kasarnya, dan tentang kata-katanya yang tak masuk akal sebelumnya. Kata-kata yang terkesan menyuruh Nazam untuk berpisah dari Sofia.
Tangan itu terulur perlahan, menekan papan password pintu dengan jemarinya pelan hingga menciptakan suara khas-nya.
