Nazam mendekat, memperbaiki posisi tidur istrinya sampai benar. Lalu, dia menarik selimut tebal itu dan menyelimuti tubuhnya sampai ke atas dada.
Mata Nazam sedikit kelabu, masih merasakan sesalnya yang teramat dalam.
"Maafkan aku, Sayang." Perlahan, ia ikut membaringkan diri di sebelah istrinya.
Nazam memposisikan diri miring. Dia tak mau melewatkan pemandangan indah laksana lukisan langka berusia ribuan tahun. Benar-benar tak bisa dilewatkan walau hanya seinci.
Ia mendekatkan wajahnya ke kening Sofia, lalu dia mengecupnya lembut. Kemudian ikut memejamkan mata di sampingnya. Masa bodoh tentang pesta ulang tahun yang belum selesai itu, dia hanya ingin di sana, menyusul Sofia ke alam mimpi.
***
Pagi menyapa dengan tenang. Ternyata, semalaman hujan ketika Sofia dan Nazam telah berlarian di dunia mimpi. Sisa-sisa hujan itu berjatuhan dari atas genteng, terciprat ke permukaan jendela.
Muncul bulatan-bulatan yang akhirnya pecah dan jatuh menelusuri badan kaca.