Jam di dinding berdenting teratur. Suaranya memecah sunyi sepi yang Sofia rasakan sore itu. Dia duduk di sofa dengan kaki melipat ke dalam dua-duanya. Sementara mata kini tertuju pada tas mewah di atas meja.
Tak lagi ditaruh sembarangan, Sofia menyimpannya dialasi dengan kotak yang semula menjadi wadahnya.
Sejam, dua jam, tiga jam, waktu berlalu begitu saja dan Sofia masih bergeming di tempatnya, menunggu suaminya pulang ke rumah.
Tepat pukul delapan lewat dua belas, Nazam baru pulang dari kantor. Sofia kontan berdiri tegak dan memburunya.
"Mas!" Berdiri sambil menatap sepasang mata Nazam yang tampak kebingungan sekarang.
"Kenapa Sayang? Ada masalah? Atau jangan-jangan tetangga julid kita berulah lagi?"
Nazam benar-benar tak akan tinggal diam jika benar wanita itu kembali mengganggu istrinya. Dadanya sudah naik turun karena napas mulai tak teratur, terpacu amarah. Matanya sudah membulat sinis.
Namun, detik itu juga Sofia segera menggelengkan kepala.