Mulyo datang dengan wajah tegangnya. Menatap Nazam dan Ketrin secara bergantian.
"Saya dengar ada ribut-ribut, jadi saya masuk ke sini. Maaf, Pak kalau saya lancang," sesal Mulyo seraya menundukkan kepala. Tak enak hati.
"Kalau begitu saya kembali dulu ke meja kerja saya," izinnya kemudian.
"Tunggu!" Mulyo hendak berbalik, tetapi Nazam langsung menghentikannya.
Ketika Mulyo menatap mata Nazam, masih terlihat mengilat-ngilat marah. Bahkan terlihat dadanya naik turun dengan bebasnya.
Nazam menunjuk tepat ke wajah Ketrin. Menoleh padanya bengis. "Kalau mau keluar, sekalian seret wanita jahara ini. Aku tak sudi melihat wajahnya walau sedetik!"
Cetaaar!
Serasa geledek ada di atas kepala, Ketrin terkaget-kaget mendengar perintah kejam yang keluar dari mulut Nazam. Dia menggeram, menolak pergi.