Dada Nazam naik turun. Setiap kilatan matanya penuh dengan dendam dan kemarahan. Menatap sengit dan memusuhi pada orang yang hampir saja merenggut kehormatan istrinya.
"Ha ha. Ha ha. Lumayan, lumayan." Orang berwajah sangar itu tergelak, seakan tak takut dengan sorot mata marah itu.
Nazam bergerak maju, matanya kini teralih pada Sofia yang berjongkok sambil memeluk dirinya di pojok ruangan pengap nan kotor ini.
Hatinya hancur melihat Sofia gemetaran dengan wajah kusut, basah oleh air mata.
'Istriku, kamu pasti ketakutan sekali.'
"Pak, orang ini biar saya yang hadapi. Pergilah pada Bu Sofia," kata Mulyo yang akhirnya meruntuhkan semua lamunan yang penuh dengan rasa sakitnya.
Lelaki berambut gimbal itu tertawa lagi.
"Lu nantangin? Pakai balok itu? Cemen! Kalau berani, tangan kosong, dong," katanya sambil membuka jaket yang membungkus tubuhnya. Jaket berbahan jeans yang tampak sobek di beberapa bagian. Tal layak pakai.
