Bagai terkena sambaran petir di siang bolong, perasaan Nazam kacau. Seumir hidup, baru kali ini dia mengjadapi wanita seberani itu. Sungguh, ia takut.
"Aku tanya tadi apa maksud kamu datang tanpa pemberitahuan dan membawakan aku makanan ini. Aku pikir awalnya karena kamu merasa bersalah atas insiden waktu itu, sehingga aku menerimanya! Tapi lihatlah apa yang kamu lakukan padaku! Di saat aku sibuk makan, di saat kedua tanganku memegangi sendok dan garpu, kamu naik ke atas pahaku! Mengunci kedua tanganku, dan ...."
"STOP! Sial, kamu itu laki-laki atau banci, sih? Kamu tidak tahu apa pun tentang kesenangan!" pungkas Ketrin dengan wajah seperti terbakar saja.
Matanya melotot lebih besar dari Nazam yang kaget atas perlakuan tak senonohnya.
Sementara Mulyo yang mendengarnya secara langsung mendadak serasa diserang ribuan tawon. Kepalanya berdenyut-denyut. Membayangkan Nazam dipaksa melayaninya, membuat merinding sekujur badan.
'Tidak. Itu sikap yang tak bisa dibenarkan!'