Terdiam, Ify memutar waktu di memorinya. Mengingat masa lalunya. Waktu ketika Naran menjadi pusat dunianya. Membutakannya. Menjadikan lelaki itu satu-satunya hal yang mampu membuatnya bahagia.
Ify menatap hitam legam mata Naran dengan berjuta rasa yang membuncah. Mengingat kembali bagaimana dulu ia memeluknya, menciumnya, tersenyum tulus padanya.
Semua hal yang telah lama hilang itu membuatnya rindu.
Dan ketika tiba-tiba Naran bertanya apakah dia mau kembali padanya, seluruh tubuh Ify serasa mati rasa. Darah di sekujur badan terasa mendidih hebat.
Benarkah? Apakah dia tak salah dengar? Apakah dia sedang tak mengkhayal? Ataukah Naran salah bicara? Wah, semua tanya itu kini bersarang dalam dadanya.
Ify bengong tanpa mampu berkata-kata.
"Fy ...," panggil Naran selembut mungkin. Namun, hal itu tak membuat lamunan Ify selesai.
Justru, di saat sama, Ify tersadar dengan adanya ingatan tentang hal-hal pahit yang terlewat diputar.