"Anak setan! Untuk apa kamu sampaikan hal itu padaku? Tanpa kamu beritahu pun aku sudah tahu bahwa mereka akan depresi. Ini semua gara-gara kamu!" berang Davin masih tak tahu diri.
Ini membuat Naran patah hati. Padahal dia datang secara baik-baik dan tentu dengan niat yang baik pula.
"Pa, apakah papa sangat membenciku karena yang melaporkan papa adalah aku?"
Pertanyaan Naran tambah memanaskan kepala Davin. Jika saja tak ada sekat kaca atau tak dipisahkan di ruangan berbeda. Sudah bisa dipastikan Naran akan babak belur oleh dirinya.
"Aku sudah membencimu bahkan sebelum pelaporan itu. Dan sekarang tambah benci. Membuatku yakin bahwa kamu memang anak setan! Bukan anakku!" tandas Davin.
"Astaga, sampai segitunya," gumam Naran. Dia menatap diam dengan mata telah memanas. Sudah hampir menumpahkan banyak air mata.