Bibir Sofia gemetaran, menunduk takut. Kepikiran Nazam yang sebentar lagi akan datang menyusulnya ke sana.
Ia duduk di kursi dengan tangan dan kaki terikat. Mulutnya telah dilakban. Tak ada yang dapat dilakukannya selain menangis dalam diam.
"Mas, aku mohon jangan datang ke sini, aku mohon ...," gumamnya putus asa.
Sofia pun tak tahu sebenarnya dia ada di mana. Karena preman-preman gila itu tak memberitahukannya. Dan saat tadi mengatakan alamatnya pada Nazam, sial lelaki berambut keriting itu tak membiarkan dirinya mendengarnya.
Preman itu menjauh.
Sofia memejamkan mata, kembali teringat kembali dengan kejadian tadi, ketika dia kedatangan tukang paket nyasar ke rumahnya. Dan dengan bodohnya malah membukakan pintu.
Padahal, saat itu dirinya baru saja tiba setelah sebelumnya pergi membesuk ayah tercintanya, dan dia pun sempat mengantar ibunya. Tanpa curiga, dia menyapa para penjahat berkedok tukang paket itu.