Mulut mungkin pernah berkata rela, tetapi nyatanya hati berkata sebaliknya. Meski dulu pernah Nazam meminta izin untuk tetap bisa mengusut kasus itu, dan Sofia mengizinkan, bahkan mendukungnya, rasa hati Sofia seakan berat sebelah.
Sofia menangis di kamar. Dalam selimut tebalnya.
'Mas, maafkan aku karena aku enggak konsisten menjaga kata-kataku. Aku sakit saat mendengarnya dari mulut kamu. Maafkan aku, Mas. Maaf ....'
Sofia membatin, meremas dadanya sekuat tangan bisa menggenggam selimut yang menggulung tubuhnya.
"Ya, ampun, sesak napas lama-lama,".keluhnya seraya membuka selimut tebal itu. Wajahnya berkeringat hingga kulit kepalanya. Sofia merasa bodoh sekarang, menangisi dirinya sendiri yang menyedihkan.
Menghirup udara dalam-dalam, Sofia merasakan hatinya sedikit plong. Namun, bayangan Nazam serta sosok Ratih yang dia tahu cantik itu masih membuat hatinya terasa terbakar.