Naran menatap pancaran mata istrinya yang bening bak telaga. Ia baru menyadari hari ini bahwa mata itu begitu indah. Mengapa selama ini dia hanya menatap mata Sofia saja? Sementara mata Ify pun jika dilihat dari dekat, sangat memikat.
Sayangnya mata bak telaga itu kini mengandung banyak kepedihan serta kebencian. Naran melihatnya. Dan dia tahu penyebabnya adalah dirinya sendiri.
"Bagaimana kabar anak kita?" tanya Naran setelah diam beberapa detik. Matanya menatap perut Ify. Hati kecilnya berkata, ingin sekali mengusapnya. Sudah lama sekali ia tak melakukan hal kecil itu lagi.
"Kenapa kamu tiba-tiba sok peduli? Katakan yang sebenarnya. Buat apa kamu datang dan berakting baik begini?"
Namun, Ify menyambut pertanyaan Naran dengan ucapan setajam sebilah pedang. Wanita itu sungguh berhati-hati. Ia tak mau dimanfaatkan atau, ya, banyak hal buruk yang Ify pikirkan kini.
Salah satunya takut anaknya akan diambil Naran setelah lahir nanti.