Nazam terkaget-kaget ketika bangun dari tidurnya. Dia pikir dirinya ada jadwal pertemuan lagi, sehingga dirinya langsung bangkit dari pembaringan, berlari hendak keluar kamar.
Dalam otaknya sudah terencana akan memarahi Mulyo karena tak membangunkannya. Ia sudah ketar ketir saja, terus melihat angka di arlojinya.
"Mulyo, dia itu ...."
Namun, langkahnya terhenti tepat sebelum tangannya meraih gagang pintu kamar hotel. Nazam menyadari sesuatu.
"Tunggu, pertemuan terakhir pentingku, kan sudah selesai."
Kontan tepuk jidat. Ia mengesah dalam, kemudian tertawa gila sendiri. Mengusap wajahnya setengah kasar.
Nazam memundurkan langkahnya, kembali naik ke atas ranjang. Kembali menerjang bantal-bantal bersarung putih itu dengan perasaan agak lega. Akhirnya, ia bisa punya kesempatan untuk bersantai.