Lima tahun berlalu, Ferdy sudah mencoba melupakan peristiwa nahas itu. Dia bahkan rela meninggalkan kehidupannya di Indonesia hanya demi bisa melupakan kejadian itu.
Namun, semua hal itu tampaknya hanya berakhir menjadi kesia-siaan yang melelahkan. Sebab, ketika datang kembali ke tanah air, Ferdy malah mendapat teror bertuliskan pembunuh.
Kontan hal itu membuat jantungnya serasa mau copot.
'Siapa dia? Kenapa dia mengirimiku kertas berisi kalimat itu?'
Ferdy meremas rambut di depan restoran. Ia merasa sangat frustrasi setelah tak dapat menemukan sosok wanita pengirim surat tadi.
Dia juga tak bisa menyelidiki, karena yang ada, rahasianya ikut terbongkar polisi.
'Sial! Seingatku, tak ada yang mengetahui tragedi itu kecuali papa. Kenapa sekarang tiba-tiba begini?'
Hati Ferdy dilanda cemas. Dia mulai ketakutan.
Tengah hari yang mendung itu, akhirnya Ferdy mangkir, kembali ke kantor dengan kondisi hati yang semrawut.
Kepikiran.
***