"Jika bukan karena bayiku, mungkin aku sudah ...."
"Stop, jangan lanjutkan." Sofia memungkas ucapan Ify sehingga tak rampung. Dia tahu apa yang akan Ify katakan, jadi segera menghentikannya.
"Sekarang fokuslah pada bayi di perutmu. Jangan bodoh karena memikirkan si brengsek Naran. Memikirkannya tak akan membuat kenyang," tambah Sofia.
Sekarang, dia tak mau lagi membahas apa pun dengan Ify. Baik itu masalah kekacauannya atau pun tentang Ify yang dulu menghancurkannya.
Dia hanya ingin duduk diam. Menunggui Ify setidaknya sampai orang tua wanita itu datang.
"Ibuku, apa kamu memberitahunya?" tanya Ify kemudian. Ini seperti kekuatan telepati yang luar biasa. Baru saja Sofia memikirkan ibu Ify, wanita itu justru kangsung menanyakannya.
"Heem. Aku menghubunginya. Bagaimana lagi? Ibumu adalah walimu. Dan aku tak mungkin menunggui kamu sampai pagi. Aku harus mengurus suamiku," ucap Sofia tak mau menatap mata Ify.