Nazam membuang napas panjang seraya mengacak rambutnya. Merasa sedikit frustrasi dengan benda-benda di hadapannya. Pekerjaannya hari ini terasa sangat banyak. Padahal ini malah lebih sedikit dari kemarin-kemarin.
Namun, aneh sekali ia merasakan hal yang sebaliknya. Tak masuk akal, memang. Seharusnya ia lebih enjoy, bukan?
Hal itu mungkin saja terjadi karena nama Sofia terus saja melintas di kepalanya. Ia sangat merindukan wanita itu. Padahal keduanya hanya berpisah sejak beberapa jam yang lalu.
Oh, ya ampun. Nazam sungguh tak pernah menyangka dirinya akan sangat mencintai Sofia sedalam ini. Dulu ia bertekad untuk tak memberikan cintanya barang sedikit. Tapi sekarang malah jadi penderita bucin akut.
Ia menggeser pelan laptop yang monitornya masih menyala. Memindahkan benda elektronik itu sedikit saja agar tak berada tepat di hadapannya. Rasanya sudah terlampau pening.