Sudah merah padam wajah Nazam. Tak terima dengan perilaku kurang ajar Naran. Terang-terangan menggoda istrinya, bahkan ketika Sofia menolak pun, dia tetap bersikeras.
"Sofia. Apa kamu serius?" Bodoh. Bahkan Naran seakan tak percaya dengan pengusiran Sofia.
Semakin erat saja memeluk lengan Nazam. Namun, tangannya mulai mendingin. Basah oleh cucuran keringat yang keluar karena tegang.
"Apa kamu tuli sampai istriku harus mengulang perkataannya?"
"Mas ...."
Hampir saja Nazam lepas kendali, tetapi Sofia langsung menyadarkan lelaki itu. Membuatnya kembali mengumpulkan kesabaran yang sebenarnya sudat tak ada lagi.
"Naran, hentikan ini. Jangan ganggu aku karena aku sudah tak memiliki rasa terhadapmu walau secuil." Ia akhirnya berhasil menghentikan tangisnya.
"Aku mencintai suamiku. Harusnya kamu bisa melihatnya, punya mata, kan?"
