"Mulyooo!"
CETAAR!
Petir menyambut seruan panjang yang memekik memenuhi ruang gendang telinga Mulyo, sekretaris pribadi Nazam.
Lelaki itu nyengir sumbing. Kaget. Matanya membeliak menatap pintu besar, satu-satunya akses masuk ke ruangan Nazam.
'Duh, apa, sih teriak-teriak?! Orang baru aja bersantai sebentar, udah mau disiksa aja,' keluhnya sambil berdiri tegap, kemudian lari ke ruangan Nazam setelah berhasil menyadarkan diri dari keterkejutan yang membahana.
KRIEET.
"Ya, Pak?" tanya Mulyo bercucuran keringat dingin. Ia takut Nazam akan menyuruhnya aneh-aneh lagi sekarang.
Tambah berkeringat saja ketika Nazam menghampiri dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan apa.
"Aku mau tanya, apakah ada jadwal kosong selain hari minggu? Aku mau membesuk ayah mertuaku."
Mulyo akhirnya bisa bernapas lega. Dia pikir bos gilanya ini akan menyuruh macam-macam lagi seperti yang sudah-sudah. Ternyata hanya menanyakan jadwal kosong.