Sofia menghela napas berat. Napas lelah. Napas yang akhirnya bisa dihembuskan untuk mengeluarkan rasa sesak di dadanya.
Meski Ify belum juga mau mengaku, ia sudah tahu bahwa apa yang Davin katakan adalah sebuah kebenaran. Dan itu sungguh menyakiti hatinya.
'Hanya demi mendapatkan restu orang tua Naran, dia berani mencuri dan menawarkan file penting milik ayahku padanya. Kurang ajar! Jadi, apakah dia sudah memikirkannya jauh hari sebelum mengakui dosanya padaku dulu? Sungguh keterlaluan!'
Sofia hampir kalap, ingin menjambak rambutnya. Bahkan jika bisa, ingin sekali dia melenyapkan nyawanya di sana saat ini juga.
Namun, amarahnya kalah ketika dia melihat Ify memohon kepada Naran sambil memegangi perutnya yang buncit. Hati nuraninya seakan membisik.
'Jangan lakukan. Dia sedang mengandung bayinya.'
Bahkan untuk sekadar menjerit pun Sofia tak mampu.