Kakak Sofia Manaf termenung. Bunda? Ah, ya. Dia jadi ingat dosanya kepada sang bunda. Hatinya dirajam perih, membayangkan ibunya bermuka sedih di meja makan waktu itu. Bahkan memilih mangkir dari sana.
"Kenapa tiba-tiba murung? Inget dosa ke bunda?" terka Sofia masih bisa tertawa serenyah gigitan kerupuk kulit.
Tambah renyah saja tawanya kala Beno mengangguk lemas. Dia membenarkan posisi membaringnya. Lebih benar dan lurus. Kali ini dia memilih untuk tak melihat mata adiknya.
Rongga hati Beno dipenuhi dengan rasa sesal yang teramat.
"Gue terlalu banyak bikin dosa sama bunda. Mungkin kalau dihitung, enggak bakal kehitung. Tapi, satu hal yang bikin gue merasa sangat bersalah. Soal bentakan di meja makan waktu itu."
Hening sejenak. Ya, Sofia tahu. Dan dia benar-benar melakukan kesalahan fatal.
"Bunda nangis waktu itu."
Beno sedikit menunduk. Tambah menyesalinya.
"Gue akan minta maaf nanti."