"Tapi makasih buat pengertiannya, ya Mas. Aku kira Mas nggak mikirin soal kesulitan kami. Ternyata ...." Sofia tak lagi melanjutkan ucapannya.
"Tak masalah, Sayang."
Nazam mengelus pucuk kepala istrinya. Gemas.
Dia pun berdiri, kemudian menawarkan sebelah tangannya untuk dijadikan pegangan.
"Semua orang sudah pada masuk ke kamar. Kita juga, yuk," ajakmya tanpa melunturkan senyum yang memabukkan.
Heh! Tunggu! Nazam mengajak Sofia masuk ke kamar?
"Mas, ini masih belum malam-malam banget. Ngapain ke kamar?"
Coba lihatlah wajah semu merah Sofia. Manis sekali, terutama bagi Nazam. Wanita itu kini berpikit kotor.
"Jangan bilang kalau kamu mikir yang ngeres-ngeres?" terka Nazam. Bibirmya menyungging tipis, nakal.
Tambah merah muka Sofia.
"Apa, sih?! Enggak lah!" bantah Sofia sembari nyelonong pergi meninggalkan Nazam sendiri di meja makan.
Sofia berjalan menuju lantai atas, ke kamarnya. Dia merasa sangat sial kalau ketahuan oleh Nazam karena berpikir ngeres.