Ketika Nazam masih tenggelam dalam keterkejutannya karena masalah dana, justru istrinya kini masih bingung dengan perasaan sedihnya karena melihat sang ibu menangis tersedu.
"Bun ...." Sofia merangkul ibunya, memeluk hangat. Dia ikut menangis tanpa suara.
"Maafin Sofia, Bun. Harusnya Bunda aja yang pergi temuin ayah, bukan Sofia."
Wanita itu mulai terisak, punggung tangannya digenggam erat oleh sang ibu. Wanita setengah baya ini menggeleng cepat.
"Ini bukan salahmu, Sofia. Bunda sendiri yang pengen kamu pegi. Kenapa kamu minta maaf. Lagian, bunda niatnya mau bikin kamu sama abangmu akur lagi. Tapi sepertinya gagal, ya."
Mati-matian menghapus jejak air mata, meski sejatinya lagi-lagi cairan bening itu kembali membasahi pipi.
"Tadinya bunda kira dengan membiarkan kalian pergi bareng, kalian akan kembali akur," terusnya tersedu.
Spontanitas jantung Sofia bagai diremas. Menyakitkan, terkadang terasa begitu perih layaknya sedang diiris habis-habisan.