Malangnya nasib Sofia. Dia sangat sulit menerima semua kekacauan yang pernah ayahnya perbuat. Korupsi? Yang benar saja! Untuk apa ayahnya melakukan itu?
"Aku enggak percaya ayah ngelakuin itu semua hanya karena tegiur aja," kata Sofia memeluk Nazam. Dia yakin sekali bahwa ayahnya tak seberengsek itu.
Dalam pelukan suami tercintanya, ia mati-matian menahan sesak dalam dada yang lagi-lagi menyerang.
Sejenak Nazam berpikir, sebaiknya kalimat apa yang perlu dia katakan untuk menghibur hati istrinya yang masih berantakan seperti kondisi kamar tidur ini.
Yang bisa dia lakukan hanyalah mengelus kepalanya sementara otak berputar mikir.
"Kita akan besuk nanti, bagaimana?"
Desahan panjang mengudara. Sofia memaksakan diri menatap mata Nazam.
"Mas tahu sendiri kalau ayah belum bisa dibesuk. Bahkan kedatangan bunda dan abang saja ditolak. Aku nggak paham soal beginian, malah jadi pusing. Merasa enggak adil. Padahal ayah udah dihukum atas kejahatannya, kenapa kami belum boleh membesuknya?"