Air mata Sofia tak surut-surut meski Nazam sudah membujuk dengan segala cara. Bahkan dirinya sudah menyerah, tak mau lagi buka suara hanya demi bisa membuat istrinya diam.
Nazam hanya bisa ngelus dada setiap kali ada yang bertanya ada apakah gerangan? Mengapa perempuan di sampingnya menangis seperti itu. Apa mungkin Nazam mengganggunya?
"Mas, ini istri saya. Dia lagi sedih karena suatu hal aja. Bukan karena saya ganggu."
Entah sudah berapa kali dia berkata demikian, dan Sofia sama sekali tak ada inisiatif untuk membelanya walau hanya sekali.
Pria berjanggut yang baru saja datang menghampiri itu kemudian mangkir dari hadapan Nazam. Terlalu malu karena sudah menudingnya macam-macam.
Saat ini Nazam dan Sofia sudah berada di bandara. Sedang menunggu jam terbangnya.
"Mas, tisu." Dari sekian lama menunggu, inilah kalimat pertama yang Sofia ucapkan.
Tisu. Itu yang Sofia inginkan. Dan Nazam segera mencarikannya di dalam tas selempang Sofia yang ia bawakan.