Chereads / Janji dan Komitmen / Chapter 21 - Laporan

Chapter 21 - Laporan

Jam menunjukkan pukul 12.00 siang, semua orang sibuk pergi ke mushola untuk menunaikan panggilan dari Yang kuasa. Berbeda dengan Nanda Lana dan Gilang, mereka bukan memenuhi panggilan itu malah berbelok ke arah kantin. Ini adalah istirahat kedua dan memang digunakan untuk salat tapi mau bagaimana lagi panggilan cacing di dalam perut lebih mendominasi saat ini.

"Bude 1 kayak biasa ya, "teriak Gilang saat masuk ke dalam kantin.

Sontak saja hal itu membuat Lana dan Nanda menatap sinis ke arah Gilang.

"Nggak jadi deh, pesan 3 ya. "Teriak hilang lagi setelah mendapatkan tatapan sini dari kedua sahabatnya itu.

Setelah mengatakan itu gila kembali duduk pada tempat yang sudah diisi oleh Nanda dan Lana.

"Tumben kantin sepi amat, "ucap Gilang.

"Bagaimana tidak sepi, harusnya saat ini kita semua pada salat bukan malah ke kantin. "

"Sebenarnya gue emang pengen salat sih tapi mau bagaimana lagi kalau kalian nggak salat berarti gue akan dikatakan nggak setia kawan dong. "Jawab Gilang.

Nanda menggelengkan kepalanya mendengar perdebatan antara Gilang dan Lana itu, "tolong dikoreksi lagi ucapan lo pada, gue bukannya nggak salat tapi salatnya nyusul entar. "Jawab Nanda.

Tak lama setelah itu pesanan 3 mangkok bakso dan air teh es terhidang di atas meja mereka. Dengan cepat Gilang dan Lana langsung meracik bakso mereka agar terlihat enak untuk dimakan.

"Lo kalau makan bakso coba cabenya dikurangin deh Gilang, gue ngeri sendiri lihat lo makan. "Ucap Lana ketika melihat Gilang yang begitu banyak menaruh cabe dalam mangkuk baksonya itu.

"Gue sendiri suka heran sama lp Lan, lo suka banget memperhatiin gue atau jangan-jangan lo punya rasa kali sama gue. "Todong Gilang.

Mendengar itu Lana langsung menaikkan alisnya ke atas seolah-olah merasa sedikit jijik dengan Gilang.

"Lo pikir lo adalah laki-laki tertampan di dunia? Gini-gini gue doyan cewek ya. "Jawab Lana dengan sini.

"Oh ya, Lo beneran raya cewek? Kok gue nggak pernah ya lihat cewek lo? Kemarin ada yang ngungkapin cinta sama Lo, lo tolak. suka heran emang gue kalau sama lo bilangnya punya cewek tapi nggak pernah kita-kita lihat gimana bentuk cewek lo."

"Sorry, cewek gue bukan konsumsi publik. Lagian gue takut kalau lo tau cewek gue dan melihat betapa cantiknya dia lo bakalan nikung gue. Kan kagak lucu tuh ceritanya kalau lo nikung gue. Bisa-bisa Feby menangis darah. "

Nanda yang mendengar perdebatan kedua temannya yang sering berisik itu hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.

"Oh iya Bagaimana dengan hasil pengintaian Kalian malam itu? "Tanya Nanda yang belum mendengar apapun laporan dari kedua sahabatnya itu.

Mendengar jawab pertanyaan itu Lana dan Gilang yang baru ingin memasukkan bakso ke dalam mulutnya itu menghentikan aktivitasnya. Mereka berdua saling adu pandang satu sama lain.

Melihat kedua sahabatnya hanya saling pandang Entah kenapa perasaan Anda menjadi tidak enak.

"Lo berdua pergi kan malam itu? "Tanya Nanda.

"Pergi, pergi kok, iya kan Lang kita pergi kan? "

"Iya, Kita berdua pergi kok. "Jawab Gilang membenarkan ucapan Lana itu.

"Lalu Bagaimana hasilnya. Benar wanita itu Nadia? "Tanya Nanda.

Lana dan Gilang kembali saling adu pandang satu sama lain dan kemudian menggelengkan kepalanya dengan lesu.

"Nggak kok, nggak ada siapa-siapa di sana. Sepertinya Nina tahu kalau kita sedang mencurigai nya. Buktinya malam itu Nina sama sekali tidak muncul kami sudah menunggu di sana selama 4 jam lamanya dan tanda-tanda kedatangan Nina pun tidak ada. "

"Bener banget Nan, di sana itu nggak ada siapa-siapa, apa mungkin Nina sedang malam minggu kali ya? " Tambah Gilang untuk memperkuat laporan yang diberikan oleh Lana.

Mendengar laporan dari kedua sahabatnya itu entah kenapa Nanda merasa sedikit aneh saat ini tapi dengan cepat ia langsung menepis semuanya itu.

"Kalau dia sudah tahu, seharusnya dia akan datang ke kita dengan mengatakan jangan ikut campur urusannya. tapi sampai saat ini Nina sama sekali tidak melakukan itu, Jadi kesimpulannya nina belum mengetahui ini. hanya saja mungkin malam itu Nina sedang ada halangan." Ucap Nanda.

"Benar juga tuh, kalau Nina mengetahui kalau kita mata-matai dia pasti saat ini dia sudah datang marah-marah ke sini. tapi sejauh ini Nina masih terlihat oke aja tuh seolah-olah nggak ada kejadian apa-apa."

"Menurut lo, Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? "Tanya Gilang dengan raut wajah yang serius sekali.

"Kalau gue sih pengennya ya tetap aja diselidiki dengan benar, soalnya gue bener-bener butuh kepastian dari semuanya ini. Gue berharap penantian gue nggak sia-sia, Nadia benar-benar balik buat gue. "Ucap Nanda,

Laki-laki itu menatap jauh ke arah kelas yang ada di hadapannya, saat ini dia benar-benar ingin melihat wanitanya itu ada di hadapannya dan mengembangkan senyum Dengan mengatakan 'aku pulang'

Tapi tak tahu kenapa Rasanya harapan sekecil itu sangat sulit untuk ia gapai saat ini. Wanita itu seolah-olah benar-benar hilang dari muka bumi.

"Gayanya sok bersalah, sok merindui, sok cinta sok dan merasa kehilangan. Tapi nyatanya lagi dekat dan berbahagia dengan wanita lain. Apakah ini bisa disebut dengan definisi menunggu? "

Ucapan sinis dan penuh dengan ketajaman itu membuat Nanda, Gilang dan juga Lana langsung menoleh ke sumber suara yang baru saja masuk itu.

Dia adalah Nina, wanita yang sedang mereka bicarakan sejak tadi. Entah Sejak kapan wanita itu masuknya, Apakah Nina mendengar pembicaraan mereka bertiga tadi?

"Gue bener-bener suka nggak habis pikir sama cowok kayak gitu, sebenarnya dia itu tahu nggak sih definisi janji dan komitmen yang sesungguhnya? Tapi males banget gue pengen nanya sama itu orang, takutnya malah kebawa emosi, karena setiap kali melihat wajahnya gue kayak pengen gampar!" Lanjut Nina, suaranya terdengar di besar-besarkan agar Nanda Lana dan Gilang bisa mendengar apa yang ia ucapkan itu.

Jelas saja hal itu tak bisa diterima oleh Gilang, laki-laki itu langsung angkat suara saat ini.

"Maksud lo ngomong gitu apa? " Tanya Gilang.

Tapi bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Gilang, Nina malah menarik sudut bibirnya ke atas membentuk senyum sinis ke arah mereka.

"So? Kok lo sewot banget sih! Gue nggak sama sekali ngomong sama lo ya, iya kan Lis? "Jawab Nina yang sama sekali tidak takut dengan tatapan tajam yang diberikan oleh Gilang padanya.

Wanita yang berada di samping Nina itu menganggukkan kepalanya, dia adalah Lisa Pradipta titik dia adalah satu-satunya teman baik Nina di sekolah itu.

"Benar kok, orang Nina dan gue lagi bahas cowok lain kok. Kenapa kalian yang sewot? "Jawab Lisa membenarkan ucapan Nina itu.