Chereads / Janji dan Komitmen / Chapter 19 - Perdebatan

Chapter 19 - Perdebatan

"Buruan Lang, Lo kan lelet banget sih." Ucap Lana yang sejak tadi begitu sebal dengan kelakuan Gilang, hari ini mereka ada misi dari Nanda untuk memantau si Nina tapi entah kenapa laki-laki itu malah ketiduran.

Andai saja ia pergi duluan tadi ke tempat janjian pasti sudah bisa ditebak kalau ia akan balik lagi kesini untuk membangunkan Gilang.

"Sabar dulu ya elah Lo. Nyantai aja kali Lan, ngapain sih cepat-cepat." Jawab Gilang yang merasa risih dengan Lana itu.

"Gue tu nggak mau nanti Nanda malah nggak percaya sama kita tau." Ucap Lana mengutarakan apa yang ia pikirkan.

Gilang keluar dari kamar nya dengan menyambar jaket kulit miliknya itu.

"Ayo Lan," ucap Gilang.

Lebih baik mereka cepat berangkat daripada ia mendengar Lana terus saja berceloteh seperti itu.

"Cih! Gue bawa mobil kali. Ngapain sih Lo pakai jaket kulit gini segala huh? Gue lagi nggak mau naik motor ya Lang."

"Ya terserah Lo, gue mah mau pake motor aja, kasian si jago gue nggak pernah di pake."

Mata Lana langsung terbelalak ketika sebuah ingatan melintas di otaknya.

"Apa Lo setelah ini mau jalan sama Feby ya?" Tanya Lana yang langsung memicingkan matanya menatap ke arah Gilang dengan penuh selidik.

"Ap–apaan sih Lo! Ya, nggak lah! Ngapain juga gue sama si Feby itu!" Sinis Gilang, ia tak mau kalau sampai ia ketahuan dengan Lana. Pasti nanti Lana akan ember pada Nanda dan berujung membuat ia malah di ledekin sama si Nanda.

Emang sih niatnya malam ini ia ingin berpura-pura main ke rumah Feby sekedar ingin mengantarkan pesanan mama Feby saja.

Meskipun sudah putus tapi ia Dan orang tua Feby memiliki hubungan yang baik. Tak jarang sekali mama Feby itu selalu mengajak nya untuk main Kerumah dan makan malam bersama.

Apakah dengan semuanya itu ia bisa untuk diKatakan sebagai calon menantu idaman?

Melihat Gilang yang tak lagi menjawab itu membuat Lana benar-benar sangat penasaran.

"Jadi Lo mau pake si jago juga?" Tanya Lana lebih memastikan lagi.

"Iya dong, ini malam Minggu Lan."

"Kalau ini malam Minggu memangnya kenapa?"

"Ya nggak kenapa-kenapa sih, cuma kalau pake mobil takutnya Lo nambah angka kemacetan doang. Lo jomblo jadi sebaiknya dirumah aja Daripada bikin macet." Jawab Gilang dan kemudian terkekeh geli sendiri mengingat bahwa temannya ini tak pernah sama sekali melirik cewek.

Gilang benar-benar penasaran apakah Lana ini memiliki daya tarik pada wanita? Atau jangan-jangan Lana ini—

"Ck! Nggak usah mikir yang aneh-aneh deh tentang gue Lang, meskipun gue kayak gini bukan berarti gue doyan batang ya. Sorry, gue normal geng," ucap Lana yang seperti tahu apa yang saat ini dipikirkan oleh Gilang terhadap nya itu.

Gilang terkekeh dan kemudian merangkul Lana sambil membawa laki-laki itu pergi untuk menyelesaikan misi mereka.

"Kalau gitu, kenapa Lo nggak pernah cerita sih sama kita-kita siapa cewek yang Lo suka? Bukannya gimana ya Lan, tapi gue dan Nanda benar-benar penasaran deh melihat Lo yang begitu jaga jarak sama cewek." Ucap Gilang, ia memilih untuk membahas ini sambil terus berjalan.

"Gue emang lagi nggak mau aja. Bukan karena gue pemilih atau wanita yang datang itu tak menarik, hanya saja gue harus menjaga satu hati." Jawab Lana yang membuat langkah Gilang langsung berhenti.

Tangannya terulur untuk ia tempelkan di jidat Lana,

"Ngapain sih Lo."

"Gue kok ngerasa kayak ada yang aneh ya sama bicara Lo itu, Lo sehat nggak sih Lan? Kalau nggak ya udah deh, kita batalkan aja misi malam ini. Gue bakalan bilang Nanda kalau Lo sakit dan gue akan jagain Lo."

Mendengar itu Lana langsung menghempaskan tangan Gilang yang ada di jidatnya.

"Ck! Nggak usah ngadi-ngadi deh Lang, gue sehat walafiat gini juga, muncong Lo ini benar-benar ngajak ribut ya," sinis Lana

Bukannya tersinggung atau apapun itu, Gilang malah terkekeh geli sendiri.

"Ya deh maaf ya, ayo berangkat." Ucap Gilang ketika mereka sudah berada di depan pintu rumah nya.

Lana mengangguk kan kepalanya dan kemudian langsung melangkah masuk ke dalam mobilnya. Semantra Gilang ia langsung mengeluar kan motor yang ia namai dengan jago itu

"Lang, pake mobil aja sini sama gue " ajak Lana, tujuan awal ia membawa mobil memang untuk mengajak Gilang ikut bersamanya.

"Nggak ah, gue mau pake motor."

"Ayolah Lang, gue udah susah-susah gini loh bawa mobil, masa kita harus sendiri-sendiri."

"Gue lagi nggak mau Lana, udah ah nggak usah debat gini. Dari tadi loh kita debat nya."

"Ya udah kalau gitu gue ikut ko aja ya paket motor." Jawab Lana,

"Cih! Nggak! Gue nggak biasa bonceng orang."

"Ya elah Lang, gue ini teman Lo loh, kok Lo gitu amat ya sama gue."

Terserah deh Lo mau bilang apa, pokoknya gue nggak mau ikut mobil Lo dan Lo nggak boleh ikut motor Gue," jawab Gilang yang kemudian langsung memakai helm full face nya itu.

Sarung tangan sudah dikenakan nya dengan sangat cepat sekali. Sepertinya kali ini ia benar-benar telah siap untuk menjalankan misinya itu.

Suara motor yang di panas kan oleh Gilang itu langsung tak lagi terdengar oleh Lana hingga membuat Lana langsung menoleh ke arah Gilang tadi, ternyata laki-laki itu sudah pergi lebih dulu meninggal kan Dirinya.

"Ck! Dasar Gilang nggak ada otaknya!" Ucap Lana dan kemudian langsung menancapKan gas mobilnya itu untuk menyusul Gilang yang telah hilang di pandangan mata.

Tapi belum sempat ia keluar dari pagar rumah Gilang, Lana melirik ke arah ponselnya yang ada di sampingnya itu.

Malam ini adalah malam Minggu, ia benar-benar rindu dengan wanita nya itu, sejak pertengkaran yang terjadi beberapa pekan yang lalu, membuat hubungan mereka berdua renggang.

Tak ada satupun yang memulai untuk membuka obrolan terlebih dahulu antara mereka dan disini ia tahu kalau ia akan menjadi laki-laki yang egois jika tetap saja diam. Harusnya sebagai laki-laki ia lah yang memulai lebih dulu setelah terjadi perdebatan.

Lana menarik napas nya dan kemudian mengetik kan sesuatu pada Wanita nya.

From: Kesayangan

Selamat malam Minggu sayang, jika keluar tolong jaket nya di pake ya. Aku merindukan kamu.

Seperti itulah pesan yang dikirim oleh lana pada seseorang yang ia sebut sebagai wanita nya.

Senyumnya mengembang setelah itu Dan kemudian kembali menancapkan gas untuk segera pergi menyusul Gilang. Malam ini, mereka akan benar-benar menuntaskan misi mereka yang diberikan oleh Nanda.