Aksel yang baru mengetahui Anna di hadapannya pun hanya menatapnya saja. Ia tidak mengatakan apa-apa.
Melihat Aksel yang hanya diam dan berlalu di hadapannya, Anna pun mengejarnya, ia memperhatikan Aksel dengan kondisi bibirnya berdarah.
"Aksel! Kamu kenapa?" tanya Anna penasaran.
"Pergilah, Anna," Aksel malah menyuruh Anna pergi, tetapi Anna tidak kunjung pergi meski sudah diusir seperti itu.
"Ini kmau kenapa? Bibir kamu berdarah, lebam juga," Anna mendongak melihat wajah Aksel yang sepertinya memang sudah berkelahi.
"Tidak apa-apa, minggirlah," ucap Aksel dengan nada dinginnya.
"Enggak, saya enggak akan pergi."
"Anna! Jangan buat saya semakin benci dan marah sama kamu!"
"Biar saja kamu benci saya, tapi saya mau obati dulu lukamu itu."
Aksel tersenyum menyeringai, ia memegangi area di dekat bibirnya yang terasa asin darah tersebut. Aksel juga heran dengan Anna yang tidak pernah ada takut padanya. Semarah apa pun Aksel, selalu saja Anna bisa mengatasinya.