"Pidatoku kepanjangan, ya?" gumam," Brandon.
Ceklek!
Seseorang membuka pintu gerbang. Dan itu adalah Devian.
Brandon begitu ketakutan, terlebih tetapan Devian terhadapnya sungguh menyeramkan. Ditambah lagi posisi Ximena yang saat ini tengah memejamkan mata di pundaknya. Tentu saja Brandon takut jika Devian akan berpikiran butuk terhadapnya.
"Ada apa dengan putriku? Kenapa dia begitu?" tanya Devian dengan suara berat tertahan.
"Di-dia, sedang—" Devian memotong kalimat Brandon.
"Apa kau baru saja mengajaknya bermabuk-mabukan?" tanya Devian dengan netra menajam.
"Ti-tidak, Paman! Aku tidak mengajaknya—"
"Diam!" pekik Devian. Lalu pria itu meraih putrinya dengan agak kasar.
"Pamela! Hei, sadar, Pamela!" teriak Devian.
Perlahan Ximena mulai membuka kedua matanya.
"Ayah?" ucapnya dengan raut wajah yang agak kaget.
"Kenapa aku bisa ada di sini?" Ximena terlihat bingung.
"Pamela, tadi kau tidur di pundakku!" seru Brandon.