Mengetahui jika Brandon tengah berada di restoran menunggunya, Ximena langsung mematikan teleponnya.
"Kalau aku datang ke sana, bagaimana kalau Brandon bertanya lagi?" gumam Ximena.
"Terus aku harus bilang apa?"
"Apa aku harus berkata jujur saja, ya?"
"Tapi, kalau dia meninggalkanku bagaimana?"
"Ah, Brandon itu memang bukan untukku. Harusnya Brandon menjadi milik Pamela. Jadi jika aku harus kehilangan Brandon, berarti aku juga harus mengiklasknya!" Ximena pun akhirnya yakin, lalu menggerakkan jemarinya.
Dan cahaya putih berkilau mengiringi tubuhnya yang tiba-tiba lenyap.
Lalu Ximena muncul lagi, dan sudah berada di depan restoran.
"Hufft ... kenapa aku jadi deg-degan, sih?"
Ximena melangkahkan kakinya ke dalam restoran itu.
Dan di dalam ia melihat Brandon yang tengah duduk dengan raut wajah yang kacau.
Kemungkinan pria itu tengah memikirkan Pamela, atau mungkin tengah memikirkan Pasien Rumah Sakit Jiwa yang tadi sempat mengejarnya.
Entalah ....