Sejenak Pamela terdiam sembari menghela napas panjang.
Dia mencoba untuk menenangkan diri dari pikiran buruk.
"Drak, maaf ya, bila selama ini aku selalu menjauh darimu. Itu semua karena aku memang belum terbiasa untuk dekat-dekat dengan lawan jenis," ujar Pamela.
"Benarkah?" Drak tampak heran mendengarnya, "tapi apa di dunia manusia itu pria sangat langka?" tanya Drak dengan raut polosnya.
"Hah? Kenapa bertanya begitu?"
"Ya, aku pikir kamu tidak terbiasa dekat dengan lawan jenis karena di sana populasi pria lebih sedikit di banding wanita!" ujar Drak.
Pamela mendesis jengah.
"Huft ... bukan seperti itu juga, Drak!"
"Tapi yang jadi masalahnya aku sendiri," kata Pamela.
"Memangnya ada apa denganmu?" tanya Drak.
"Ya, aku ini orang yang payah. Aku gadis jelek yang selalu diinjak-injak oleh para manusia!"
"Mereka menginjakmu seperti ini?" Drak mempraktekkannya dengan menghentakkan kaki ke lantai. Seolah-olah dia sedang menginjak sesuatu.
"Oh, astaga! Bukan begitu maksudku, Drak!" sengut Pamela.
"Lalu?"
"Maksudnya, 'diinjak' itu sama dengan dihina!" jelas Pamela.
"Oww, begitu, ya!" Drak pun mengangguk paham.
Lalu mulai dari situ Pamela pun menceritakan bagaimana kesulitannya ketika hidup di dunia manusia.
Dia yang harus mendapat perlakuan buruk dari teman-temannya, dia tidak memiliki rasa percaya diri, dia yang memiliki orang tua yang pelit, bahkan dia juga pernah di-bully oleh seorang pria yang sedang ia sukai.
"Wah, hidupmu serumit itu, ya?" tukas Drak.
"Yah begitulah ... makanya aku tidak mau hidup di dunia manusia lagi!" jawab Pamela.
"Rupanya hidup di sana cukup menantang, aku jadi ingin pergi ke sana juga!" ujar Drak.
"Kenapa? Apa kau ingin mengejar Ximena?" tanya Pamela.
"Akh, sial! Aku lupa jika putri yang tak beradap itu juga ada di sana!" sengut Drak, "kalau begitu aku juga tidak sudi pergi ke sana!" kata Drak.
"Wah, sebenci itu kau terhadap Ximena? Padahal dia itu putri yang cerdas dan sangat cantik, lo!" ujar Pamela.
"Cih! Tentu saja aku membencinya. Yang pertama dia itu tidak punya adap, dan yang kedua dia sangat kasar, dan yang ketiga dia putri kandung dari Sky!" jawab Drak.
"Eh, tunggu! Bisa kau ralat ucapanmu?" ucap Pamela.
"Kenapa?" tanya Drak.
Pamela mendesis kesal sebelum menyampaikan pendapatnya.
"Pertama kau bilang Ximena itu putri yang tidak beradap, bukankah kau juga tidak beradap? Kau, 'kan tidak punya sopan, angkuh, dan bahkan bisa membunuh orang karena masalah yang sepele saja!" ujar Pamela, lalu dia melanjutkan perkataannya.
"Yang kedua kau bilang Ximena sangat kasar, lalu bagaiamana dengan dirimu? Memangnya kau itu kurang kasar apa lagi?" tanya Pamela.
Drak tidak tahan lagi dan dia menyahuti ucapan Pamela, "Kau sengaja membandingkanku dengan Ximena, ya?"
"Dark, aku belum selesai bicara. Dan kau juga mengatakan jika Ximena itu putri kandung dari Raja Sky, lalu bagaimana dengan dirimu? Kau, 'kan juga putra kandung darinya?" tandas Pamela.
"Ah, sudah berhenti mengatakan itu kepadaku, Pamela! Aku benci dengan kenyataan ini. Aku tidak bangga memiliki ayah sepertinya! Apa lagi memiliki saudari seperti Ximena!" tegas Sky, "dan lagi pula siapa juga yang mau berpacaran dengan adik kandung sendiri!?" timpalnya.
Pamela pun terdiam lagi.
"Iya, juga ya," Dia mengangguk paham, "lagi pula menikahi adik sendiri itu dilarang!" ucap Pamela.
"Ah, sudah jangan membahas ini! Aku benci! Aku benci Sky, aku juga benci Ximena! Dan bahkan aku ...." Drak menundukkan kepalanya, "aku juga membenci diriku sendiri," lirihnya.
"Drak ...." Pamela membelai rambut Drak. Gadis itu mendadak merasa iba terhadap Drak.
Ternyata bukan hanya Ximena yang sangat membenci Raja Sky, tapi juga Drak.
Dan mereka merasa malu kerena memiliki ayah yang mata keranjang, bodoh, dan tidak tahu diri.
Pamela masih bersyukur memiliki ayah seperti Devian Adams, meski pria itu sangat pelit, tapi setidaknya dia tetap menjadi ayah yang baik, dan sangat bertanggung jawab. Tak pernah sekali pun Devian berpaling dari istrinya yaitu Sopia Adams.
Dia sosok pria setia, dan sifat pelitnya juga sangat cocok dengan Sopia yang juga teramat pelit tujuh turunan.
Dan Pamela sangat memahami betapa malunya menjadi anak dari pria seperti Raja Sky. Bahkan pria itu baginya tidak pantas dipanggil Ayah.
"Kenapa kau melihatku seperti itu, Pamela? Apa kau merasa kasihan kepadaku?" bentak Drak
Pamela pun sampai tersentak.
"Ahm! Ya, begitulah ...." Jawab Pamela.
Mendengarnya Drak mendesis kesal.
Tapi dia memang pantas dikasihani, karena harus memiliki ayah yang tidak berguna seperti Sky.
"Apa kau marah jika aku kasihan kepadamu, Drak?" tanya Pamela.
"Tidak. Aku memang pantas dikasihani. Lagi pula aku juga kasihan kepadamu," ucap Drak.
"Kau kasihan kepadaku?" Pamela menatap Drak dengan wajah memelas, "memangnya aku pengemis, ya?" tanya Pamela dengan raut polosnya.
Kedua lubang hidung Drak langsung melebar dengan desisan napas kencang. 'Dasar, Pamela Bodoh!'
"Yah, kurasa nasibmu lebih kasihan dibandingkan dengan seorang Pengemis!" jawab Drak.
"Loh, kenapa begitu?"
"Ya, karena kamu di dunia manusia benar-benar tidak dianggap, tidak punya teman, jelek, bodoh, dan punya orang tua yang sangat pelit. Pasti sulit sekali, 'kan menjadi dirimu!" pungkas Drak.
Kedua mata Pamela menajam, bibirnya cemberut, dengan deru napas yang kencang.
Sebenarnya dia ingin marah, tetapi apa yang diucapkan oleh Drak itu memang benar.
Akhirnya mata yang tadi menajam mendadak menyipit, dan bibir yang tadi cemberut mendadak mencibir bagian bawahnya, serta deru napas yang tadinya kencang itu mendadak lemas dan berubah menjadi isak tangis.
Pamela mirip anak kecil.
Dan lagi-lagi dia langsung duduk di sudut tembok.
"Pamela, kau menangis lagi?" tanya Drak seraya mengernyitkan dahinya.
Baru kali ini dia menemui gadis secengeng Pamela.
Namun dia tidak tega melihat Pamela yang bersedih seperti itu.
Mungkin jika orang lain, dia tidak peduli. Tetapi dengan Pamela ... entah mengapa Drak merasa tidak bisa tinggal diam. Dan jiwanya selalu terpanggil untuk mendekat serta menghiburnya saat Pamela sedang bersedih.
Perlahan Drak meraba rambut Pamela dan mengangkat wajahnya pelan-pelan. Kini mereka saling bertatap-tatapan.
"Sudah, jangan menangis! Kamu itu—" Drak terdiam sesaat melihat Pamela dari dekat.
'Pamela, jika sedang menangis begini, terlihat imut sekali,'
'Kenapa di dunia manusia dia dihina jelek, ya? Padahal dia itu sangat cantik, 'kan?' bicara Drak dalam hati.
"Drak, kenapa menatapku seperti itu?" tanya Pamela dengan nada menyentak.
"Kau itu ingin menenangkanku, atau ingin menghipnotisku dan mengambil uangku?" tanya Pamela.
"Hah?!" Drak mengerjapkan matanya dengan cepat.
"Menenangkan? Menghipnotis? Mengambil uang? Kenapa kau menuduhku yang tidak-tidak, sih?" sengut Drak.
Bersambung ....