Mobil yang ditumpangi oleh Sopia dan Devian pun sudah sampai di depan rumah Ximena.
Ceklek!
Sopia keluar dari dalam mobil dengan langkah cepat. Bibirnya cemberut dengan mata memerah, dan napas bergemuruh.
"Sopia, jangan tergesa-gesa," ucap Devian.
Namun wanita itu tak peduli, dia masih dikuasi dengan emosi.
Dan dari kejauhan terdengar Malvyn yang memanggil mereka.
"Kakek! Nenek!" teriaknya.
Seketika keduanya pun menoleh.
"Malvyn!" ucap Devian yang syok.
Pria paruh baya itu pun menghampiri si anak lelaki.
"Kau berlari mengejar kami?" tanya Devian.
Malvyn berhenti sambil menghela napasnya yang sedikit ngos-ngosan.
Tapi tak separah orang pada umumnya.
"Hei, Nak. Kau baik-baik saja?" tanya Devian.
"Aku baik-baik saja, Kakek." Jawab Malvyn.
Dari kejauhan Sopia menatap keduanya dengan nanar.
Sebenarnya ia merasa bersalah telah membuat Malvyn berlari dengan jarak puluhan kilo hanya demi mngejarnya, dan Devian.
