Chereads / Aku (Bukan) Kupu-kupu Malam / Chapter 1 - Bukan Wanita Panggilan

Aku (Bukan) Kupu-kupu Malam

🇮🇩Dewi_Laxmita
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 67.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bukan Wanita Panggilan

"Dasar anak gak berguna, uang segini mana cukup buat memenuhi kebutuhan sebulan!" maki seorang wanita paruh baya bernama Sarah kepada putrinya yang bernama Raline

"Ada apa lagi sih ini?" tanya Farhan yang baru saja pulang bekerja, dia adalah ayahnya Raline.

"Anak kamu ini gak berguna, dari dulu sudah aku katakan tinggalkan dia di tempat sampah itu, kenapa kamu membawa dia pulang!" jawab Sarah dengan berapi-api.

"Cukup Sarah! Semakin hari kamu semakin melampaui batas, semenjak aku membawa Raline ke sini, sikapmu tidak pernah berubah!" ucap Farhan tak kalah sengitnya.

"Terus aja bela dia, dia itu bukan anak kandung kita!" bentak Sarah lagi.

"KAU ...."

"Ayah udah, jangan bertengkar lagi sama Ibu, lebih baik sekarang Ayah istirahat, aku bikinin teh buat Ayah ya," ucap Raline mencoba untuk menenangkan amarah sang ayah.

Farhan hanya mengepalkan tangannya dengan kuat menahan amarah kepada Sarah. Memang bukan rahasia lagi jika Raline Deandra Calista atau Raline, bukanlah anak kandung mereka, bahkan sampai saat ini Farhan dan Sarah tidak memiliki anak kandung.

"Ayo, Yah!" ajak Raline lagi sambil menggamit lengan ayahnya menuju dapur sederhana rumah mereka.

"Ayah, mau aku siapin air hangat buat mandi?" tanya Raline yang mulai memasak air untuk menyeduh teh.

"Gak usah, kamu juga pasti capek pulang kuliah langsung kerja, sampai rumah harus masak, kerjain lagi pekerjaan rumah gara-gara ibu kamu," jawab Farhan.

"Aku gak capek kok, Yah, aku malah senang bisa masakin buat Ayah sama ibu, nanti kalau aku udah menikah, aku gak mungkin kan tinggal di sini lagi," ucapan Raline membuat kening Farhan berkerut, karena tak biasanya sang putri membahas soal pernikahan.

"Menikah? Hmm apa putri Ayah ini udah punya pacar dan siap untuk menikah?" tanya Farhan menggoda sang putri.

"Eh ... bu-bukan gitu Yah, aku gak punya pacar," jawab Raline dengan gugup dan wajah yang mulai memerah.

"Terus, selama ini kamu jalan sama Bian gak ada hubungan apa-apa gitu?" tanya Farhan.

"Aku sama Bian cuma temenan Yah, gak ada hubungan apa-apa," jawab Raline.

"Gak ada hubungan apa-apa, tapi kencan setiap hari," ucap Farhan yang semakin gencar menggoda Raline.

"Ayah udah ah, sekarang Ayah mandi aku mau masak," ucap Raline.

"Oke, Ayah mandi dulu." Farhan segera berlalu ke kamarnya, sedangkan Raline langsung mengambil bahan untuk memasak makan malam mereka.

Raline menyiangi sayuran sambil mengingat lagi kejadian saat dia di kampus tadi, Raline hampir saja dilecehkan oleh temannya hanya karena Raline tinggal di daerah pesisian kota Jakarta yang terkenal dengan hingar-bingar kehidupan malamnya, bahkan sebelum Sarah menikah dengan Farhan, Sarah pernah menjalani pekerjaan sebagai wanita panggilan di sana, bahkan sekarang juga dia masih melakukan pekerjaan itu tanpa sepengetahuan Farhan, maybe.

"Ayolah jangan munafik Raline, aku tau kamu lagi butuh uang buat biaya kuliah, ayahmu pasti tidak bisa membayar biaya kuliahmu, jadi kita bersenang-senang malam ini," ucap Arvan teman kuliah Raline yang selalu berbuat seenaknya kepada mahasiswi dan mahasiswa di kampus mereka.

"Cih ... aku bukan wanita panggilan!" maki Raline dengan tatapan nyalangnya.

"Hahaha, that so funny, kau pikir aku tidak tau apa pekerjaan ibumu, kau pun tinggal di tempat yang terkenal penuh dengan kesenangan malam, jadi kau sama dengan mereka, ayahmu tidak akan keberatan jika kau tidur denganku malam ini, dia pasti senang karena anaknya bisa menghasilkan uang yang sangat banyak dalam satu malam," ejek Arvan.

PLAAK

Satu tamparan dari tangan mulus Raline mendarat di pipi Arvan, tamparan yang cukup keras hingga membuat pipi Arvan terasa sangat panas. Arvan mengepalkan tangannya dan menatap Raline dengan nyalang.

"Jangan pernah menghina ayah dan ibuku!" maki Raline.

"Kamu!" pekik Arvan dengan jari yang menunjuk tepat di hadapan wajah Raline.

"APA? KAMU PIKIR AKU TAKUT, HUH?" tanya Raline dengan sengit, hal itu membuat Arvan semakin naik pitam, karena ini sudah yang ke sekian kalinya dia ditolak oleh Raline.

"Wanita murahan tidak tau diri!" jawab Arvan dengan nyalang tangannya terangkat siap untuk menampar Raline, namun ....

"Hei Bung, lo gak malu mau mukul cewek!" ucap Bian dengan tubuh yang dia bentengi di hadapan Raline, dia adalah sahabat Raline.

"Minggir, gak usah ikut campur urusan gue sama wanita murahan ini," ucap Arvan sambil menepiskan lengan Bian.

"Siapa? Wanita murahan?" tanya Bian dengan tatapan tajamnya.

"Dia itu memang wanita murahan, tapi dia ...."

BUGH

Kini satu tinju dari Bian yang melayang mengenai wajah Arvan hingga darah segar keluar dari sudut bibir pria itu.

"Sebelum lo hina Raline, lo ngaca dulu kelakuan lo itu sangat bejat dan murahan dasar manusia sampah!" maki Bian lalu menarik lengan Raline agar dia ikut pergi dengan Bian.

"Tian, sialan! Gue bakalan bales perbuatan lo!" pekik Arvan.

"Gue gak takut!" ucap Bian dengan tatapan menantang, setelah itu Bian dan Raline pun pergi.

Raline menghela nafasnya dengan panjang, kenapa kebanyakan orang selalu mengatakan hal yang menurut mereka benar tanpa tau apa yang terjadi sebenarnya.

Walaupun Raline tinggal di lingkungan seperti yang mereka tau, sedikitpun Raline tidak ingin mengikuti jejak mereka untuk bekerja di rumah yang sangat megah itu.

Ya, rumah megah tempat para wanita menjajakan tubuhnya kepada para pria hidung belang.

"Wanita murahan," gumam Raline.

"Kenapa mereka selalu menganggap aku seperti itu," ucap Raline lirih.

"Ya ampun Raline, hati-hati, Nak," ucap Farhan yang kembali ke dapur dan melihat Raline hampir mengiris jarinya.

"Ayah!" ucap Raline

"Kamu mikirin apa?" tanya Farhan.

"Gak mikirin apa-apa, Yah," jawab Raline.

"Sini, biar Ayah yang lanjutin," ucap Farhan.

"Gak usah Yah, Ayah duduk aja ini tehnya," ucap Raline.

"Tapi kamu jangan ngelamun," ucap Farhan.

"Iya Ayah," ucap Raline.

"Manjain terus dia," ucap Sarah dengan sinis saat dia datang ke dapur.

Farhan menghela nafasnya dengan panjang saat mendengar ucapan Sarah, dia tidak ingin menghiraukan ucapan sang istri, dengan perlahan dia menikmati teh buatan Raline.

"Setidaknya kamu itu harus menjadi anak yang berguna dan bisa balas budi kepada kami yang sudah membesarkan kamu," ucap Sarah.

"Dari pada kamu terus ngoceh gak karuan, lebih baik kamu bantu Niela masak," ucap Farhan.

"Aku, masak? Kau tidak lihat aku baru selesai mengecat kuku?" tanya Sarah dengan angkuh sambil menyodorkan kukunya yang masih basah.