Chereads / Aku (Bukan) Kupu-kupu Malam / Chapter 21 - Tawanan Kumara

Chapter 21 - Tawanan Kumara

"Maafin aku, Yah. Gak seharusnya aku melakukan ini, aku gak tau lagi harus ke mana cari uang, aku terpaksa menuruti semua kemauan ibu," ucap Raline sambil menggenggam telapak tangan sang ayah yang masih berbaring lemah.

Tak ingin berlama memperhatikan Raline di sana, Daffa pun segera pergi ada perasaan bersalah yang menelusup di dalam hatinya, terlebih Daffa sudah bersikap sangat tidak baik kepada Raline.

"Aku gak bisa kayak gini terus, aku harus cari pekerjaan lain," ucap Raline lalu dia menghapus air matanya.

"Yah, aku yakin Ayah bisa dengar semuanya, Ayah doain aku ya, biar aku bisa dapat pekerjaan lain hari ini," ucap Raline lalu dia beranjak dari tempatnya, Raline pun mengecup kening sang ayah lalu setelah itu dia pergi dari sana.

"Suster!" panggil Raline saat melihat perawat yang berlalu di hadapannya.

"Kenapa, Nona?" tanya perawat itu.

"Suster, saya harus pergi lagi, maaf merepotkan Suster, jika terjadi sesuatu kepada ayah saya, tolong segera hubungi saya ya, Suster," jawab Raline.

"Baik, Nona, Anda tidak perlu khawatir, saya akan menghubungi Anda jika terjadi sesuatu," ucap perawat itu lalu tersenyum.

"Terima kasih, Suster, saya pergi dulu," ucap Raline.

"Sama-sama, silahkan, Nona," ucap perawat, lalu Raline pun segera pergi dari sana.

***

Dari rumah sakit, Daffa langsung menuju kantornya, dengan perasaan semakin bersalah kepada Raline, di ruangannya pun Daffa hanya duduk bersandar di kursi kebesarannya.

"Apa yang sudah kau lakukan, Daffa, semalam kau dengar dia terpaksa melakukan itu, tapi kenapa kau malah berbuat sangat kasar kepadanya," ucap Daffa di dalam hatinya sambil memandang langit-langit ruangannya.

"Argh ... sial!" maki Daffa, dia benar-benar tidak fokus untuk bekerja hari ini, haruskah dia kembali ke rumah sakit untuk menemui Raline, namun hari ini banyak sekali pekerjaan yang harus segera dia selesaikan.

Mungkin, saat semua pekerjaan Daffa selesai, dia akan pergi menemui Raline lagi di rumah sakit.

***

Sore hari pun tiba, Raline masih ke sana kemari untuk mencari pekerjaan tambahan, namun dia belum membuahkan hasil, kini waktunya dia bekerja di cafe lagi dan Raline sedang bersiap di rumahnya, namun saat Raline akan keluar dari rumahnya Kumara dan para bodyguardnya datang.

"Mami!" ucap Raline dengan mata yang terbelalak sempurna.

"Kenapa kau terkejut seperti itu, bukankah semalam kau sudah melakukan pekerjaan dengan sangat baik," ucap Kumara.

"Ti ... tidak apa-apa, Mi," ucap Raline dengan lirih.

"Bersiap lah, nanti malam sudah ada pria yang membooking kamu," ucapan Kumara membuat Raline tercekat.

"Apa uang yang aku dapatkan semalam belum cukup untuk membayar semuanya?" pertanyaan Raline membuat Kumara tertawa dengan kencang.

"Kau pikir, berapa banyak uang yang kau hasilkan semalam, huh? Jangankan membayar semua hutang kamu, membayar setengahnya saja, tidak bisa. Satu hal lagi, ibumu sudah menjualmu kepadaku jadi kau milikku dan harus menuruti semua perintahku!" jawab Kumara.

"Saya akan membayar uang yang Mami berikan kepada ibu saya, tapi saya tidak mau ikut dengan Mami lagi," ucap Raline.

"Tidak semudah itu," ucap Kumara.

"Lalu apa lagi yang Mami inginkan?" tanya Raline.

"Aku ingin kau tetap bekerja denganku dan menghasilkan uang yang sangat banyak untukku," jawab Kumara.

"Aku tidak mau, lebih baik aku mati dari pada menjadi pelacurmu!" teriak Raline.

"Wow pelacur kecil ini sudah berani melawanku rupanya, baiklah jika kau ingin mati aku akan mengabulkannya, kau bisa mati bersama ayahmu!" Mata Raline membulat sempurna mendengar ancaman Kumara.

"Jangan berani menyakiti ayahku!" bentak Raline.

"Satu lagi, kemarin ibumu sudah menandatangi surat perjanjian denganku," ucap Kumara dengan senyuman penuh kemenangan.

"Surat perjanjian?" tanya Raline.

"Ya surat perjanjian yang berisi pernyataan jika kau melanggar apa yang aku katakan, kau harus mengganti semua uangku lima kali lipat," jawab Kumara.

"Tidak mungkin!" ucap Raline.

"Jodi, berikan surat perjanjiannya." perintah Kumara, lalu Jodi memberikan apa yang Kumara minta kepada Raline, lalu Raline membaca surat perjanjian yang memang sudah ditandatangani oleh Sarah.

"Bagaimana? Kau pasti setuju dengan perjanjian kita?" tanya Kumara dengan senyuman penuh kemenangan.

"Tidak! Kalian menjebak aku!" jawab Raline dengan sengit.

"Aku tidak menjebakmu, kau yang terlalu bodoh dan ibumu yang terlalu tergiur dengan uang yang aku berikan, jadi aku yang cukup pintar di sini!" ucap Kumara.

"Kalian tidak biasa memperlakukan aku seperti ini!" ucap Raline semakin tidak terima dengan ala yang dilakukan oleh Kumara dan Sarah kepadanya.

"Jika kau tidak terima dengan permainanku, kau ganti lima kali lipat uangku atau kau masuk penjara!" ancam Kumara lagi. Hal itu membuat Raline terkejut dia tidak menyangka jika dirinya benar-benar tidak bisa keluar dari keadaan ini.

"Sekarang kau pikirkan baik-baik, jika kau masuk penjara, bagaimana dengan ayahmu yang masih terkapar tak berdaya di rumah sakit? Apa kau akan membiarkan dia mati di sana karena kau tidak bisa membayar biaya rumah sakit?" tanya Kumara.

"Aku ridak mau, lagi pula bukan kau dan ibuku yang membayar semua biaya pengobatan ayahku, aku masih bisa mencari pekerjaan lain tanpa ikut bekerja denganmu di tempat sialan itu!" jawab Raline.

"Sayangnya aku tidak memberimu pilihan lain dan aku tidak akan membiarkanmu lepas dari genggamanku begitu saja, jadi jangan banyak membantah dan ikut aku sekarang juga!" ucap Kumara.

"Aku tidak mau!" bentak Raline.

"Tidak ada gunanya kau terus menentang aku!" ucap Kumara lalu dia memerintahkan kedua bodyguardnya untuk membawa Raline dari rumahnya.

"Lepaskan aku! Aku gak mau ikut sama kalian!" teriak Raline sambil terus berusaha untuk melepaskan tangannya yang dicengkeram sangat erat oleh kedua bodyguard Kumara. Namun semua usaha Raline sia-sia karena dia tak cukup tenaga untuk melawan kedua bodyguard yang bertubuh tegap dan besar.

Beberapa orang yang mendengar teriakan Raline hanya bisa memperhatikan gadis malang itu dibawa oleh orang yang cukup berkuasa di tempat mereka, bahkan tidak ada satu pun yang berani melawan karena nyawa mereka yang akan menjadi taruhan jika mereka berani melawan Kumara dan anak buahnya

Sesampainya Raline di tempat kumara, dia langsung dibawa masuk ke salah satu kamar yang ada di sana.

"Jaga dia, jangan sampai dia kabur!" ucap Kumara kepada kedua bodyguardnya yang masih berada di sana.

"Baik, Mam!" ucap kedua bodyguard itu bersamaan.

"Vika!" teriak Kumara memanggil salah satu anaknya.

"Iya Mam? Kenapa?" tanya Vika yang tergesa-gesa menghampiri Kumara.

"Kamu bantu Raline bersiap lagi seperti kemarin, jangan sampai kamu bantu dia kabur!" jawab Kumara.