Pacar, tidak ada yang salah dengan kata itu. Berusia 60 tahunan masih berpacaran, bukannya mencari suami, membuat keluarga untuk menyambut hari tua. Sebagai orang luar, tentunya Achan tidak tahu alasan di balik Irlana yang masih belum bersuami. Kalaupun tahu, Achan juga tidak peduli, Achan hanya peduli pada karya Irlana waktu masih muda, yang mana sangat bagus sebagai bahan onani.
Mumpung sedang membahas pacar Irlana, tiba-tiba Achan ingat pernah melihat bagaimana perawakan pacar Irlana. Masih bersumber pada situs yang sama, perawakan pacar Irlana tidak ada yang begitu menarik, dapat dikatakan jelek, dan dia memiliki tiga ciri khas yang sangat mudah untuk dikenali, yaitu berambut kuning, memiliki tato kalajengking di dada kanan dan ada tahi lalat kecil di bagian kiri kening.
Setelah mengingat kembali wajah pacar Irlana, mau tak mau arah pandangan Achan tertuju pada pria berambut kuning di belakang wanita yang dia duga adalah Irlana. "Mustahil!" Mata Achan membelalak, Achan menemukan salah satu ciri yang disebutkan tadi terdapat pada pria berambut kuning.
Abaikan warna rambut yang kebetulan sama, ada tahi lalat di sana. Merasa tak percaya dengan temuannya, Achan memisahkan pria berambut kuning dari wanita itu. Menarik pria berambut kuning ke samping, menempatkannya di depan meja belajar yang terletak di sebelah kiri dari wanita itu untuk memeriksa apakah pria berambut kuning memiliki tato.
[Sret! Sret! Sret!] Bunyi pakaian robek.
Dari bawah ke atas, tanpa memedulikan apapun, Achan menggunakan gunting yang didapat dari meja belajar untuk merobek baju yang dikenakan pria berambut kuning. Sampai di bagian dada, gunting tak lagi dibutuhkan, Achan menyingkirkan gunting itu, lalu menggunakan kedua tangannya untuk menyibakkan ke kiri dan ke kanan baju yang sudah 80% terbelah.
"Ada!" Tato bergambar kalajengking terdapat di sana. "Bagaimana ini mungkin?!" Masih kurang percaya, tangan Achan lanjut menggerayangi kantong celana pria berambut kuning, mencari dompet untuk mengecek nama yang tertulis di Kartu Identitas. Meski Achan hanya tahu nama panggung Irlana, bukan nama asli Irlana, setidaknya dia tahu nama asli pacar Irlana.
Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan apa yang Achan cari. Terletak di kantong belakang sebelah kiri, Achan begitu saja mengambil dompet yang lumayan tebal dari sana. Membuka dompet itu, Achan menemukan banyak sekali uang berwarna merah, tak tahu totalnya berapa. Selain uang, di sana juga terdapat beberapa jenis kartu seperti Kartu Kredit, Debit, dan tentunya Kartu Identitas.
(Uang berwarna merah = 100rb-an)
"Aku tidak tahu siapa kalian! Pastinya, apa yang telah kalian lakukan pada keluarga Kakek Ito menggambarkan bahwa kalian bukan orang baik!" Selama berbicara, tangan Achan dengan sigap mengambil Kartu Identitas dan lembaran-lembaran uang itu. "Bukan orang baik, artinya tidak perlu merasa bersalah karena mengambil uang kalian! Lagian, kalian akan menjadi bahan percobaanku, hasilnya mungkin akan menyebabkan uang ini rusak, dan aku bukan tipe orang yang akan menyia-nyiakan uang! Terlebih, aku datang ke dunia ini tanpa membawa uang sepeserpun!" Omongan Achan selesai bertepatan dengan Achan telah berhasil memindahkan semua uang yang ada di dalam dompet ke tangannya.
Menyisakan dompet kosong yang tak lagi berguna bagi Achan. Alhasil, Achan membuang begitu saja dompet itu ke tempat sampah yang ada di samping meja belajar.
1, 5, 8, Achan menghitung lembar demi lembar uang berwarna merah yang ada ditangannya. "Lumayan, total ada 1,2 juta!" Menyimpan uang itu ke kantong celana, Achan lalu mengalihkan fokusnya pada Kartu Identitas milik pria berambut kuning. "Mari kita lihat siapa namamu!" Dari atas ke bawah, mata Achan mencari tulisan 'Nama' di antara deretan informasi, dan ketemulah apa yang sedang dicari. "Ini..." Achan tidak tahu harus menunjukkan ekspresi bagaimana, nama pria berambut kuning dengan nama pacar Irlana sama. Tidak, bukan sama, melainkan memang satu orang, dan setelah mendapatkan fakta tersebut, hanya ada satu kesimpulan. "Aku kembali ke masa lalu?!" Mata Achan membelalak saat mengucapkan kesimpulannya.
Sesaat setelah menyimpulkan, pandangan Achan yang sedang menatap Kartu Identitas menjadi kosong, akibat sebuah pemikiran tiba-tiba menerpa otak Achan. Terjebak di masa lalu ini, apa yang harus dilakukan ke depannya? Menjadi seorang maniak pengusaha lagi, mencari uang sebanyak-banyaknya seperti yang dilakukan Achan di masa depan. Apalagi sekarang Achan berada di masa lalu, bisa memanfaatkan pengetahuannya dari masa depan untuk menjadi orang terkaya di dunia.
"Tunggu!" Achan menghentikan pikirannya yang berputar seputar harta. "Aku tidak ingin berfokus mencari uang lagi! Mempunyai banyak harta tidak menjamin wanitamu setia!" Memang, di masa depan Achan berhasil menjadi orang kaya. Masalahnya, selama proses mendapatkan kekayaan itu, ada banyak sekali cobaan seperti ditipu, dikhianati, dimanfaatkan, dipermainkan oleh lawan bisnisnya. Bagi Achan, cobaan dari lawan bisnis hanya seputar uang sehingga tidak terlalu membebani mental. Yang paling membebani mental Achan dan mungkin sampai membuat Achan ingin bunuh diri adalah seputar percintaan.
Ya cinta, sudah sejak kecil Achan menyerah tentang yang satu ini lantaran ada banyak sekali kekurangan yang dimiliki Achan, selain berwajah jelek, penisnya juga kecil. Akan tetapi, Achan tidak pernah khawatir terhadap kekurangannya. Dengan menjadi orang kaya, tidak akan ada yang peduli terhadap kekurangan yang dimiliki Achan. Meski begitu, hal itu tidak menghilangkan kenyataan bahwa Achan memiliki kekurangan. Buktinya, sebelum berteleportasi ke masa lalu, selama 20 tahun kehidupan Achan sebagai orang kaya telah berhasil membuat hubungan percintaan sebanyak 8 kali, dan semua itu berakhir dengan sebuah pengkhianatan yang pahit.
Bila dipikirkan kembali, letak kesalahan bukan pada wanita yang mengkhianati Achan, melainkan Achan sendiri, dan Achan juga menyadarinya. Bayangkan saja, sebagai seorang maniak bisnis, Achan sangat jarang menggauli istrinya. Sekalinya menggauli, dengan penis kecil yang dimiliki Achan, tentunya tidak akan bisa memuaskan berahinya. Saat tidak terpuaskan, mudah sekali di tebak apa yang akan terjadi selanjutnya, istrinya mengalami 'Sexual Frustation' dan secara di sengaja atau tidak di sengaja, istrinya akan mencoba memuaskan 'Sexual Frustation-nya' dengan pria lain.
Setelah mengulas balik fakta-fakta tersebut, Achan mendapatkan dua poin ide tentang kegiatan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Poin pertama tentunya tidak ingin lagi berlarut-larut dalam mencari kekayaan, dia ingin bebas menikmati hidup. Toh dengan kekuatannya, mencari kekayaan bukan persoalan yang sulit. Poin kedua, memperbaiki segala macam kekurangan yang dimilikinya, caranya tentu dengan memanfaatkan kekuatan lagi.
Bayangkan saja, seumpama waktu berhenti selama 100 tahun, apa jadinya bila selama waktu berhenti itu dimanfaatkan untuk berlatih seni bela diri atau memperkuat otot tubuh, bukankah hasilnya akan menjadi luar biasa? Sayangnya, Achan tidak yakin waktu dapat berhenti selama 100 tahun. Masih ada beberapa informasi di buku yang masih belum diketahui Achan, contohnya berapa lama kekuatannya dapat bertahan, apakah memiliki efek samping, atau adakah Sistem Cooldown dan Mana sebagaimana skill di dalam sebuah games.
Semua pertanyaan yang muncul ini, Achan berpikir untuk segera mencari tahu jawabannya agar tidak menimbulkan sesuatu yang merugikan di masa mendatang. Kebetulan, sudah ada bahan uji coba gratis di depan mata, akan sangat mubazir bila tidak dimanfaatkan.
Membuang Kartu Identitas di tangan, Achan lalu mengalihkan pandangannya kembali pada Pria berambut kuning. Tidak ingin terlalu membuang banyak waktu, Achan mulai mempersiapkan diri untuk memulai bereksperimen.
Eksperimen pertama yang ingin dicoba Achan adalah untuk mencari tahu apakah ada Cooldown dan Mana. Termasuk apakah kemampuan ini dapat bekerja melalui sentuhan, bukan jarak jauh seperti yang dilakukan Achan sebelumnya.
Jadi tak seperti sebelumnya, kali ini Achan mengulurkan tangannya untuk memegang lengan Pria berambut kuning, diikuti sebuah kata kunci untuk mengaktifkan kemampuannya. "Fast Forward!" Ucap Achan dalam gumam.
Sesuai namanya, kemampuan itu digunakan untuk mempercepat waktu yang sedang berjalan. Selain itu, dikarenakan ruang lingkup sudah diperkecil hanya untuk Pria berambut kuning, maka yang bisa dilihat perubahannya hanya Pria berambut kuning tersebut.
Sayangnya setelah menunggu kurang lebih 30 menit, Achan belum juga melihat perubahannya. Dalam hati Achan berpikir, apakah kemampuannya kali ini tidak bekerja? 'Tidak' Kemampuan Time Stop masih berjalan sehingga Achan langsung membantah pikiran itu.
Mau bekerja atau tidak, Achan tidak ada niatan untuk menghentikan kemampuan yang sedang dikeluarkannya. Dia masih sabar untuk mencari tahu, dan kesabaran itu membuahkan hasil di 30 menit berikutnya. Perubahan mulai terjadi pada Pria berambut kuning, tubuh Pria berambut kuning yang awalnya berisi, sekarang menjadi sedikit kurus. Kulit yang sebelumnya terlihat segar, sekarang menjadi keriput, kering, dan kasar sebagaimana usia yang telah bertambah tua, begitu juga wajahnya mengikutinya.
Sesudah mendapati semua perubahan itu, barulah Achan menghentikan kemampuannya. Diikuti Achan yang meregangkan tubuh akibat rasa pegal menyerang beberapa bagian tubuh. "Kalau tahu begini, mending tadi Fast Forwardnya aku tambahi berapa kecepatannya!" Bak sebuah Mannequin, berdiri selama 1 jam tanpa melakukan apa-apa, hanya mengamati Pria berambut kuning. Selain rasa pegal, rasa bosan juga menyerang, dan Achan hanya bisa menyalahkan diri sendiri atas kebodohannya. Dikarenakan terlalu khawatir kemampuannya tidak bekerja, Achan sampai lupa bahwa kemampuannya ini hampir sama seperti Media Player yang ada di PC. Tinggal tambah kecepatan Fast Forwardnya, dan voila, kedua masalah yang menyerangnya tidak akan muncul.