Lucia kembali ke apartemennya. Tidak ada Justin di sana. Sepertinya, lelaki itu pasti mencoba menghindarinya. Lucia mendecih. Dia merasa bodoh mengapa bekerja sama dengan Justin. Seharusnya ada pilihan lain di masa lalu. Di mana jika Lucia ingin bersabar sedikit, dia pasti akan mendapatkan partner yang baik.
"Ini adalah karena Andrianna itu. Brengsek! Kalau aku tidak ingin cepat-cepat menyingkirkannya, aku tidak akan bekerja sama dengan Justin yang tidak berguna itu," gerutu Lucia dengan marah.
Lucia duduk di sofa ruang tamu apartemennya. Bahkan highheels yang digunakannya belum di lepas sama sekali. Saat ini, Lucia rasanya sangat pusing. Wine atau bir mungkin bisa menolongnya sejenak. Setidaknya dia bisa tidur setelah meminumnya. Namun, Lucia tidak ada tenaga untuk berjalan ke area bar mini di apartemennya.