Chereads / Became A Princess In A Novel / Chapter 1 - I. Fallen From Grace

Became A Princess In A Novel

🇮🇩LaveniaLie
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 5.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - I. Fallen From Grace

Di sebuah istana megah nan penuh kemewahan, Putri Liona Graciella Zyandes hidup sebagai lambang kesempurnaan kerajaan. Keindahan wajahnya yang memikat, serta bakatnya yang luar biasa dalam banyak hal—dari bermain pedang yang tangguh hingga melukis dengan mahir—membuatnya dipuja banyak orang. Ia adalah simbol dari semua yang ideal tentang seorang putri: cantik, cerdas, terampil, dan berkelas. Namun, meski dipenuhi pujian dan penghormatan, tak satu pun dari semua itu dapat memberinya kebahagiaan sejati. Di balik senyum lembut dan sikap anggun yang ia tunjukkan kepada dunia, Liona menyimpan luka mendalam, sebuah luka yang telah mengubah hidupnya sejak ibunya, Ratu Alura, meninggal karena penyakit yang misterius.

Ibunya, Ratu Alura, adalah sosok yang sangat dihormati oleh seluruh kerajaan. Seorang ratu yang bijaksana, penyayang, dan tegas, Ratu Alura selalu mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang jauh lebih dalam daripada sekadar kecantikan fisik. "Kecantikan sejati bukan pada wajahmu, tapi pada hatimu yang kuat dan tak tergoyahkan," demikian pesan yang selalu diulangnya kepada Liona. Ia selalu mengingatkan anaknya bahwa keindahan luar hanyalah sementara, sementara kekuatan batin dan ketulusan hati akan bertahan selamanya. Namun, setelah Ratu Alura wafat, kehidupan Liona berubah drastis. Ayahnya, Raja Garren, yang dulunya penyayang dan penuh perhatian, kini berubah menjadi sosok yang jauh berbeda—dingin, kasar, dan hanya peduli pada warisan politik kerajaan. Kecantikan dan prestasi Liona, yang dulu menjadi kebanggaan sang raja, kini tak lebih dari sekadar alat untuk memperkuat posisi kerajaan di mata dunia.

Liona berusaha menerima kenyataan pahit ini, berusaha bertahan meski hatinya terasa hancur. Segalanya semakin rumit ketika ayahnya menikahi Elisabeth Casvan, kepala pembantu kerajaan yang berstatus janda ambisius. Elisabeth memiliki senyum manis yang menutupi niat liciknya, dan tak lama setelah menikah, ia mulai menunjukkan kecemburuan dan kebencian terhadap Liona. Ia merasa terancam oleh kecantikan dan kecakapan Liona, yang semakin mencuri perhatian. Elisabeth bukan hanya merasa cemas dengan hubungan dekat antara Liona dan Raja Garren, tetapi juga merasa cemburu akan perhatian yang selalu diberikan Raja kepada putrinya.

Zara Amestia, anak perempuan Elisabeth dari pernikahan sebelumnya, langsung menjadi saingan Liona. Zara yang angkuh dan sombong memiliki kecantikan yang sangat berbeda dari Liona—lebih dingin dan lebih tajam—namun hal itu justru semakin menarik perhatian ayah Liona. Zara yang berambisi ingin menggantikan posisi Liona sebagai anak yang paling disayang, tidak segan-segan menghalalkan segala cara. Tidak lama setelah mereka tinggal bersama, sikap buruk Zara semakin terlihat, mulai dari kata-kata pedas yang ia lontarkan kepada Liona hingga usahanya untuk menjatuhkan Liona dengan cara yang licik.

Namun, yang membuat hati Liona semakin terluka adalah peristiwa yang terjadi pada dirinya. Suatu malam, ketika ia sedang bersiap untuk menghadiri acara kerajaan, wajah Liona disabotase dengan bedak beracun yang diam-diam diletakkan oleh Zara. Bedak itu mengubah wajah cantiknya menjadi rusak parah, menyebabkan luka bakar yang mengerikan. Liona yang dulu dihormati karena kecantikannya, kini harus menerima pandangan jijik dan hinaan dari ayahnya. "Kamu cacat sekarang, Liona. Apa gunanya kecantikan tanpa wajah sempurna?" suara ayahnya terdengar menusuk dalam hatinya, menghancurkan harapan terakhirnya untuk mendapatkan cinta dan pengakuan darinya.

Liona merasa dunia di sekelilingnya runtuh. Ia bukan hanya dihina oleh orang yang seharusnya melindunginya, tetapi juga dijauhkan dari orang-orang yang dulu dekat dengannya. Kehidupan di istana yang semula penuh dengan kemewahan dan keceriaan kini terasa seperti neraka bagi Liona. Ia bukan hanya dihindari oleh ayahnya, tetapi juga dicemooh oleh para pelayan dan pejabat kerajaan. Bisikan-bisikan tajam terus mengelilinginya, menggambarkan dirinya sebagai gadis yang tak lagi memiliki nilai. Liona tidak bisa mengerti mengapa ayahnya, yang dulu sangat menyayanginya, bisa berubah begitu kejam. Semua yang ia lakukan, tak peduli seberapa kerasnya, selalu terasa sia-sia.

Meskipun begitu, Liona tetap berusaha bertahan. Harapan akan cinta ayahnya yang dulu selalu memberikan semangat, meski semakin lama semakin memudar. Harapan itu akhirnya benar-benar hancur ketika ayahnya memaksanya untuk menikahi Pangeran Khingston, seorang pangeran dari kerajaan tetangga yang juga "cacat" akibat luka trauma perang yang mengubah penampilannya secara drastis. Pangeran Khingston adalah pewaris kerajaan yang lebih tua, yang dianggap sebagai pasangan ideal untuk menyatukan dua kerajaan, meski hubungan mereka lebih pada pengaturan politik daripada cinta.

Liona merasa bahwa dirinya hanyalah alat politik, sebuah pion dalam permainan kekuasaan untuk mendamaikan dua kerajaan. Ia hanya dipaksa untuk menikah demi tujuan-tujuan yang lebih besar, tanpa mempertimbangkan kebahagiaan dan keinginannya sendiri. Pada malam pernikahannya yang seharusnya menjadi momen bahagia, Liona merasa hatinya hancur. Cinta yang dulu ia harapkan dari ayahnya tak pernah ada, dan kini ia terjebak dalam pernikahan yang penuh dengan tekanan. Liona memutuskan bahwa ia tak akan membiarkan hidupnya terus dikuasai oleh orang-orang yang hanya melihatnya sebagai alat.

Namun, dalam kegelapan hatinya, Liona menemukan secercah harapan. Pada malam itu, dengan tekad yang membara dan hati yang penuh luka, Liona memutuskan untuk melarikan diri. Langkah kakinya berderap cepat di koridor gelap istana, menuju kebebasan yang entah ada di mana. Pengawalnya yang setia terus mengejarnya, namun ia tak peduli. Ia hanya ingin pergi, jauh dari dunia yang tak pernah menghargainya. Dalam pelarian itu, takdir membawanya ke sebuah sumur tua yang terlupakan di sudut taman kerajaan. Tanpa berpikir panjang, Liona melompat ke dalamnya, berharap untuk terlepas dari segala kesedihan dan penderitaannya.

Di dasar sumur yang gelap dan dingin, Liona merasakan tubuhnya semakin lemah. Air dingin mulai memenuhi paru-parunya, dan hidupnya seolah mulai pudar. Namun, sebelum kesadarannya benar-benar hilang, ia melihat cahaya aneh yang memancar dari dasar sumur—seolah dunia lain sedang memanggilnya. Tanpa sadar, Liona jatuh pingsan, dan ketika ia terbangun, ia mendapati dirinya berada di tempat yang sama sekali asing. Dunia yang jauh berbeda, dunia di bawah tanah yang penuh dengan misteri.

Di sana, ia bertemu dengan makhluk-makhluk yang percaya bahwa dirinya adalah penyelamat yang telah lama dinubuatkan. Mereka mengatakan bahwa Liona adalah sosok yang akan membawa perubahan besar bagi dunia mereka, dunia yang terlupakan oleh kerajaan-kerajaan di permukaan. Dalam dunia yang penuh dengan rahasia dan ancaman ini, Liona harus memulai perjalanan baru untuk menemukan kekuatan sejati yang ada dalam dirinya. Ia harus berhadapan dengan kebenaran yang tersembunyi, sebuah kutukan yang melibatkan ibunya, kebencian yang ditanamkan oleh Zara, dan rencana jahat yang disusun oleh ibu tirinya, Elisabeth.

Liona juga akan menemukan sekutu-sekutu tak terduga dalam perjalanan ini, salah satunya adalah seorang pria yang ternyata adalah mantan Pangeran Khingston—pria yang sebelumnya dijodohkan dengannya dan yang kini telah dibuang oleh kerajaannya karena pengkhianatan yang terjadi. Bersama pria itu, Liona akan memulai misi untuk membebaskan dirinya dari masa lalunya dan mengungkap misteri yang mengikat nasib keluarganya.

Di dunia bawah tanah yang penuh dengan bahaya, Liona harus belajar untuk mengandalkan lebih dari sekadar kecantikannya atau kekuasaannya. Hanya dengan mengandalkan hati yang kuat, tekad yang tak tergoyahkan, dan cinta yang tulus, Liona akhirnya menemukan jalan untuk menyelamatkan dirinya—dan mungkin, dunia itu sendiri. Seiring perjalanan ini, Liona akan menemukan siapa dirinya yang sebenarnya dan apakah ia mampu membebaskan dirinya dari kutukan yang membelenggunya. Bagaimanapun juga, masa depannya kini tergantung pada keberanian dan keputusan yang akan ia buat untuk masa depan kerajaan dan dirinya sendiri.

---

Bersambung