"Kau hanya pembawa sial! Harusnya kau tak pernah lahir!"
"Apa ini? Hanya sampah! Anak haram yang entah siapa orang tuanya."
A-aku ….
"Lihat! Dia si anak haram!"
"Kata ibuku kita tidak boleh dekat-dekat dengannya karena dia kotor."
"Bajunya jelek."
"Dia itu kotoran."
"Dasar jelek! Bau!"
A-aku …
A … aku bukan kotoran. Aku bukan sampah! Aku ….
"Hahaha …."
Semua perkataan yang ingin kuucapkan, semuanya tenggelam dalam ledakan tawa mereka yang menggelegar, menyelimuti dan menghantui diriku. Aku tak berani mengangkat kepalaku dan menatap mereka. Aku tak berani membalas semua hinaan-hinaan itu. Aku merasa … seolah-olah semua itu memang benar.
Ya, itu benar. Aku hanyalah sampah yang tidak diinginkan oleh siapa pun.
Aku tertunduk diam sembari memeluk kakiku dengan erat, tak bisa keluar dari siksaan batin ini.
Semuanya terasa gelap ….
Menakutkan.
Aku ingin lenyap.
Aku ….
"Hei, apa yang kamu lakukan di situ?"
Ketika kegelapan mulai menelanku, sebuah suara yang indah dan bersahabat terdengar di telingaku. Entah mengapa, suara itu menghangatkan hatiku.
Aku tetap terdiam, tak menjawab. Takut kalau-kalau itu hanyalah imajinasiku saja. Namun sekali lagi, suara hangat itu muncul, menyapa diriku.
"Hei, kenapa kamu diam?" tanya suara itu sekali lagi padaku tetapi aku tak bisa memberikan balasan.
Diriku terpaku, menatap sesosok anak lelaki yang berdiri menunduk di depanku ini.
Bersinar.
Itulah yang terbesit dalam benakku saat melihatnya. Anak lelaki itu tampak bercahaya dan menyilaukan. Auranya sungguh sangat terang, bak matahari yang menyinari bumi. Bagai malaikat yang turun dari langit. Aku tak tahu bagaimana harus menggambarkan semua ini. Namun …. Satu hal yang pasti, senyumannya hangat. Tak ada rasa jijik ataupun menghina yang terpancar dari sorot matanya yang indah itu.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan kehangatan dari orang lain, selain nenekku.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku bertemu sosok malaikat kecil yang menyapaku.
Sosok yang menyinari duniaku gelap, sosok yang menghangatkan hatiku yang dingin serta sosok yang memberiku banyak kenangan indah dan mengajariku apa itu kebahagiaan.
Duniaku berubah karenanya.
Menatapnya hari itu, sungguh membuatku terpukau. Aku ingin menyentuhnya, tetapi aku takut aku hanya akan menodai cahaya terang itu. Aku takut, jika aku mencoba menggapainya, semua itu hanyalah ilusi semata. Tidak ada yang namanya malaikat dan bocah lelaki tidaklah nyata.
Ketakutan itu merasuki hati dan pikiranku. Aku mulai merasa begitu takut. Ingin rasanya menghilangkan dan berhenti berharap.
Namun ….
Ketika rasa takut itu hampir menelanku kembali ke dalam kegelapan, sebuah tangan kecil yang hangat menarikku.
"Hei, apa kamu tak apa? Bicaralah? Hei?"
Bocah itu terus melemparkan pertanyaan yang sama berulang kali. Tampak mengkhawatirkan kondisiku namun ia juga terlihat kebingungan dan tak tahu harus berbuat apa, sebelum akhirnya dia menarikku lagi. Kali ini ia menarikku berdiri.
Dia tampak mengucapkan sesuatu, akan tetapi pikiranku masih melayang dan kacau. Jadi aku tidak begitu mendengar apa yang dia katakan. Yang aku tahu selanjutnya adalah dia tetap menggenggam tanganku dan tak mau melepaskannya, lalu membawaku pergi.
Hari itu ….
Aku benar-benar tak pernah berpikir akan jadi hari di mana hari-hari suramku akan berubah. Titik balik di mana semuanya akan berawal dan di mana kenangan-kenangan indah itu akan bermulai.
Bersamanya, hari-hariku kini terasa lebih berwarna. Semua sikap, tingkah, dan tindakannya selalu menghibur hatiku, memberi semangat pada setiap langkahku.
Kuharap, ini semua tidak akan pernah berubah dan berakhir. Aku ingin selalu bersamanya, menikmati setiap musim dengan riang, terutama musim semi. Di mana bunga-bunga bermekaran dan lembaran kisah baru akan dimulai.
Aku ….
PRANG!
Di depan mataku, kusaksikan semua kenangan ini pecah menjadi berkeping-keping dan lalu, semuanya berubah ….
Tidak!
Tidak! Tidak! Jangan! Aku mohon!
Aku menangis histeris, menyaksikan kepingan-kepingan itu hancur dan ….
"AGHHHH!!!"
Aku pun terbangun. Dalam keadaan panik dan tak percaya, aku terengah-engah untuk sementara waktu. Baru beberapa saat kemudian kupejamkan mataku dan kembali tenang.
Iya, semuanya hanya mimpi. Itu semua hanya mimpi. Semuanya sudah berlalu dan hanya tinggal kenangan, Harumi.
Ingatan yang ingin kukubur dalam-dalam ....