Ariela menatap suaminya dari cermin meja rias di kamar mereka.
"Rey, itu Reyhan bangun. Aku harus cepat-cepat selesai lho. Enggak enak sama Mama dan Papa."
Rey mengangguk. Ia sama sekali tidak peduli, lagi pula siapa suruh mereka lama-lama berada di rumah ini. Mengganggu kemesraan dan kebebasan aku dan istriku saja, batin Rey yang jadi kesal sendiri.
"Reeeyyyyyy …"
Rey membuyarkan lamunannya. Pria itu langsung melepaskan dekapannya lalu mendekati anak lelakinya yang sudah mulai menangis.
"Hey Boy, jangan menangis. Daddy di sini," ucap Rey lembut. Pria itu menggendong putranya lalu menciumi pipi anak lelakinya berkali-kali.
Reyhan tertawa. Suara tawanya yang lucu itu membuat Rey jadi ikut tertawa juga.
"Ayo cepat tumbuh besar, Daddy dan Mommy mau ajak kamu jalan-jalan."
Ariela yang mendengarnya langsung tersenyum. Ia merasa sangat senang melihat dua lelaki yang sangat dicintainya itu benar-benar membuatnya merasa sangat tenang.
