"Kamu cantik sekali," ucap Rey sambil memeluk istrinya dari belakang.
Ariela tersenyum. "Tidak usah merayuku, ayo cepat bersiap. Tidak enak jika sampai Papa dan Mama menunggu lama."
Rey menghela napasnya panjang. "Tidak apa-apa, biarkan saja. Lagi pula aku tidak meminta mereka untuk datang ke sini."
"Rey … biar bagaimana pun juga, mereka adalah orang tua kamu. Jadi, sayangilah mereka selagi mereka masih ada. Jangan sampai kamu menyesal."
"Aku tidak akan pernah menyesalinya. Kamu jangan cemas."
Ariela tersenyum. "Rey, ayo. Reyhan juga pasti sudah tidak sabar ingin pergi ke taman belakang. Lihat saja, sejak tadi dia sudah bergerak terus," ucap Ariela sambil melihat anak lelakinya.
Rey melihatnya juga dan memang benar, putra kesayangannya sudah tidak bisa diam seperti waktu baru lahir.
"Kau benar, dia semakin besar saja. Sebentar lagi aku akan mengajaknya berlari."
Ariela tertawa. "Tentu saja, kita akan melakukannya bersama-sama."
