Lesya berjalan santai menuju ruang kepala sekolah sambil meminum susu kotak. Kerah baju teratas nya terbuka. Dasi yang ia gunakan hanya tersampir pada bahu kanan dan rambutnya dibiarkan acak - acakan.
Mirip sekali gembel.
Astaga. Untuk ukuran anak kelas 12 ia terlalu santai.
Bad girl? Oh tidak. Lesya itu gadis baik dengan segudang prestasi yang cukup membanggakan, bahkan ia selalu di tempatkan pada kelas unggulan yang berisi anak - anak pintar. Penampilannya yang seperti ini diakibatkan dia baru saja selesai menghajar cowok brengsek yang telah mengunakan jasa otaknya tanpa mau membayar.
Lesya itu pintar, ia memanfaatkan kelebihan otaknya untuk mengerjakan tugas sekolah orang lain dan dengan cara itu dia memperoleh uang saku tambahan.
Dan sialnya, hari ini dia baru saja dimanfaatkan anak kelas sebelah yang tidak bertanggung jawab.
Kedua orang tuanya telah lama meninggal. Biaya hidupnya ditanggung tantenya, tapi satu bulan satu juta itu sangat tidak mencukupi kebutuhan Lesya.
"Permisi pak" Lesya masuk ke ruangan kepala sekolah sambil merapikan rambutnya.
Di sana sudah ada beberapa laki - laki berpakaian formal berdiri di setiap sudut ruangan.
Pak kepala sekolah masih sibuk berbincang dengan pria muda yang ia perkirakan berumur 26 tahun. Pria itu mengunakan setelan jas warna biru dongker yang terkesan sangat elegan. Orang kaya, pikir Lesya dalam hati.
"p-e-r-m-i-s-i" Lesya mengulang kalimatnya
Pak Latif menoleh kemudian mengernyitkan dahi "Astaghfirullah, sejak kapan kamu jadi gelandangan?"
"Sejak saya ditelantarkan oleh Tante saya "
Pak Latif mengeleng "Ada perlu apa kamu ke sini?"
Tunggu.
Tiba - tiba perasaan Lesya tidak enak. Sial. Dia dijebak.
"Tadi Regan bilang, kalo saya dipanggil bapak"
Pak Latif prihatin dengan sikap muridnya yang satu ini. Lesya itu termasuk siwa berprestasi, tapi kenapa dengan hal sepele seperti ini saja ia mudah tertipu. Apalagi Regan itu cowok paling jahil di sekolah.
"Kamu kembali ke kelas saja"
Lesya merasakan hatinya begitu dongkol. Awas saja, sudah dipastikan setelah ini, ia akan menghajar cowok itu habis - habisan. Lesya meremas susu kotaknya kuat sampai - sampai ia tidak sadar jika minuman itu muncrat ke baju pria yang dari tadi menatapnya sinis.
"Maaf" Lesya mengosokkan tangannya ke baju pria muda itu panik.
Pria bernama Alatas Pramuja Bangkara sang pemilik yayasan SMA RAJAWALI itu menepis tangan Lesya kasar " Jauhkan tangan dekil mu"
"Maaf nanti akan saya cucikan"
Alatas tersenyum sinis " Cuci? Bahkan jika kau menjual dirimu saja tidak akan sanggup untuk membeli baju ini"
Lesya memanas. Dia memang miskin, tapi perkataan pria itu terlalu menyakitkan "Saya pergi"
Lesya membanting pintu ruang kepala sekolah dengan emosi membuncah. Sial sekali hari ini.
Sudah mengerjakan tugas orang lain, tapi tidak mendapat upah. Ditipu oleh teman kelasnya sendiri. Dihina pria brengsek yang tidak ia ketahui siapa.
Sekarang apalagi? Riweh sekali hidupnya.
Lesya hendak melangkahkan kakinya menjauhi ruang kepala sekolah sambil mencak - mencak tidak jelas. Tapi seketika tubuhnya membeku saat ia menabrak dada bidang seseorang.
"Berhati - hatilah nona" Laki - laki berbaju formal itu menundukkan kepalanya ke bawah. Gadis di depannya ini sangat pendek.
"Lo yang hati - hati!!" Bentak Lesya penuh emosi.
Laki - laki itu hanya diam tapi kedua tangan nya terarah untuk mengancingkan baju teratas milik Lesya dan memakaikan dasinya " Sekolah ini elit, kau jangan memalukan dirimu sendiri"
Lesya terpaku beberapa saat
"Lo ngatain gue gembel?"
Laki - laki itu mengernyit saat melihat mata Lesya berembun "Gadis cengeng"
Brugh.....
Lesya jatuh tersungkur saat pintu ruang kepala sekolah terbuka dari dalam dan menabrak punggungnya. Ya, dari tadi dia masih berdiri di depan pintu sialan itu.
Alatas berjongkok lalu menjambak Lesya kuat "Kau akan membayar setimpal atas perbuatan mu"
Lesya meringgis kesakitan "Anda Iblis"
Alatas semakin kuat menjambak rambut Lesya
" Beraninya kau!"
Pak Latif hanya bisa diam dan merasa iba pada Lesya. Alatas adalah pemilik sekolah swasta ini. Jika dia melawan, sudah dipastikan karirnya akan segera berakhir, mengingat tuan muda itu sangat tempramental dan tidak segan melakukan apapaun untuk mewujudkan keinginannya.
Alatas berdiri lalu menatap salah satu bodyguard nya yang baru saja datang. Dia Lion Brasmana, salah satu orang kepercayaan nya sekaligus manusia paling bisa diandalkan "Bagaiman?"
Lion mengangguk "Sudah bos"
"Bagus" Alatas kembali menatap Lesya tajam "Sekolah ku akan tercemar dengan gembel seperti dia"
Lesya membuang muka "Maaf tuan, saya memang miskin tapi bisakah mulut tidak berakhlak anda diam saja?"
"Siapa kau berani memerintahku ?!" Alatas menendang kaki Lesya lumayan keras hingga gadis itu meringis.
Lesya beringsut. Dia berjalan meninggalkan manusia kasar itu tanpa sepatah kata apapaun. Dia bisa mati muda jika melayani pembicaraan tidak berfaedah dengan pria tampan itu. Aish bisa - bisanya dia memikirkan hal semacam itu.
Alatas berlari mengejar Lesya lalu mencekam lengan mungil itu keras. Ia menelisik gurat wajah gadis bername tag Lesya itu seksama.
Dasar gadis miskin, bahkan namanya hanya Lesya.
Tidak cantik. Kedua mata sayu, pipi berlemak bayi dan bibir mungil cerinya tidak cukup membangkitkan gairah Alatas.
"Lepaskan saya"
"Jangan berlagak sok "
"Jingin berligik Sik" Lesya nyinyir. Yang benar saja, pria ini begitu kasar. Dia bersumpah, suatu hari nanti dia tidak akan sudi menikah dengan orang bermodel bar - bar seperti ini.
"Kau!" Alatas hendak melayangkan satu tamparan keras kearah Lesya tapi langsung ditahan oleh Lion
"Beraninya kau !!"
"Maaf bos daripada melayani gadis cengeng ini, lebih baik kita bergerak. Krena tamu VIP sudah datang"
"Sial" Alatas menghempaskan tubuh ringkih Lesya penuh tenaga. Urusan dengan gadis itu belum berakhir.