Sesampainya di tempat itu dengan gurat mengusut serta bibir yang mengerucut gak karuan, dia menatap ke arah semua orang yang tengah makan dengan santai dan lahapnya.
Dia merasa ada rada jijik dan segala macam kejorokan lainnya yang berada di benaknya saat ini, itu pemikiran dia, karna sebenarnya tidaklah seburuk apa yang di pikirkan nya tersebut.
Tuan muda Dravinda hanya tersenyum seringai saja, memperhatikan gelagat gadis tersebut, yang seperti ketakutan ada juga tergurat di wajah cantik itu saat ini, keningnya bahkan tidak mau rata lagi, sangat berkerut.
"Ayo Tan..." Sahut pria tersebut sembari menarik tangan sang nona, gadis itu hanya pasrah saat dirinya di bawa lesehan duduk di atas tikar.
Otak seorang nona Dhanda nyaris terpintal dengan semua yang dia saksikan hari ini, baru kali ini seumur hidup mendatangi tempat seperti ini, bahkan restoran yang lumayan besar dan mewah sekalipun kadang dia enggan karna bukan berbintang.
Nah ini derajat sang nona benar benar di gilas oleh seorang tuan muda Dravinda yang dirinya juga merupakan pria level Raksasa namun hal beginian tidak akan membuat nya canggung.
Pria itu terlihat sangat santai, sembari menikmati sejuknya udara di tempat tersebut.
Seorang pria paruh baya mendekati keduanya, sang nona semakin tertekan dan merasa geli gak karuan, mulutnya membungkam, dia tak protes namun dalam kebungkaman nya sangat terlihat jelas dia sangat canggung berada di tempat seperti ini.
"Hei Vin? Sudah lama gak mampir? Makin keren yah sekarang?" Ucap pria paruh baya tersebut, sang nona mengerinyit kembali sembari mengarah kan padangannya ke arah Vin.
"Begitulah pak E, sibuk Vin sekarang, yah maklumlah" jawab Vin sambil tersenyum ramah.
Sang nona semakin terperangah saja, siapa sangka seorang tuan muda Dravinda ternyata mengenal pria tua tersebut, bahkan terlihat sangat ramah padanya.
Disini Tanisha dapat menilai dari sudut pandangnya kalau Vindra bukan lah seorang pria angkuh, sombong, berhati dingin, seperti yang pernah ada dalam pikirannya selama ini, ternyata sosok itu bukan hanya ramah terhadap dirinya saja melainkan juga terhadap orang lain, namun mengapa kalau dalam bisnis sikap nya terlihat sangat jauh berbeda, di kantor justru senyum saja itu merupakan hal yang langka tampak dari gurat tampan itu.
Tapi disini senyuman nya yang indah sangat murah sekali, dia sosok yang hangat, sekaligus tidak membeda bedakan status dirinya dengan orang lain.
"Apa ini aslinya kamu Vin?" Batin sang nona dalam gurat mengheran nya tersebut.
"Eh Vin? Apa ini yang baru? Sangat cantik Vin?" Ucap pria setengah abad itu lagi, mulut sang nona pun terbuka lebar nyaris seperti O besar serta mata yang melotot tajam.
"Haha.. pak E bisa aja, matanya suka melek kalau liat yang bening, hm anggap saja begitu" Jawabnya sembari tertawa. Sang nona semakin melebarkan mata bulatnya.
"Anggap gimana ini? Ini gak biasa ini, sepertinya ini satu kasta?" Gurau pria tersebut.
"Haha pak E kok bisa tau?"
"Yah tau lah kan bisa bedain, mata pak E ini masih bagus loh"
"Yah yah Vin sangat tau itu hehe, owh yah kenalin nama nya Tanisha, nah Tan ini namanya pak E beliau pemilik warung ini hm" ucapnya kepada sang nona, gadis itu sedikit tersentak lalu terpaksa tersenyum.
"Ayo salaman dong" ucap pria itu lagi.
Sang nona tidak mungkin memperlihatkan keburukannya di tempat ini, dengan perasaan terpaksa dia menyalami pria paruh baya berbadan berisi dan bertubuh pendek tersebut.
"Senang bisa bertemu dengan pak.. E. !!!???" Ucapnya dengan sangat ragu ragu, sembari menunduk kan kepalanya.
"Alhamdulillah, pak E juga senang ketemu kamu nak, Vin ini sudah seperti anak bagi pak E, dia dari dulu sering banget nongkrong di warung pak E ini, sampai bantuin tutup malahan, dia ini agak sedikit bandel tapi dia penyayang, semoga dia tidak menyulitkan kamu yah?"
"Hehe.. gak kok pak E, saya senang kok berada di tempat ini" Jawabnya lewat senyuman terpaksa nya.
"Pak E udah nanti ngobrol nya kita lapar nih, cepetan bikinin yang seperti biasa yah? Ingat jangan pedas" sambar Vin dengan semangat nya.
"Iya tau, Vin anti pedas, tunggu yah?" Jawab pria paruh baya tersebut, lantas melangkah pergi.
"Vin???" Panggil sang nona, pria itu hanya menggumam sedikit saja.
"Apa maksud nya?"
"Maksud apa?" Vin mengedikan kedua bahunya.
"Kau sudah lama kenal dengan tempat ini hah? Kok bisa?" Tanya sang nona dengan gurat kepo gak masuk akal nya.
"Ya bisalah Tan? Apa yang gak bisa aku lakukan selain dari menaklukkan hati kamu hm?" Jawabnya sambil tersenyum seringai, sang nona pun merasa jengah.
"Kau mencurigakan tau gak? Sejak kapan kau bergabung dengan tempat ini?"
"Ini itu dulu sebenarnya proyek nya papi, tapi karna tuh orang memilih pergi keluar negri terpaksa aku yang ngurus, soal bungalow itu memang milikku tapi baru aku beli beberapa bulan yang lalu"
"Kok aku gak pernah tau soal ini?"
"Yah mana mungkin kamu bisa tau, proyek kita selalu berbeda, Daddy mu yang sering kerjasama dengan ku, kau tidak sudi kenal denganku buat apa, lagian kalau bukan karna memergoki ku di kamar waktu itu, mana mungkin kau mau mengenal ku, kau terlalu berlevel tinggi, entah pria seperti apa yang kau inginkan sebenarnya heh?" Ocehnya dengan santai nya lalu tersenyum miring.
Sang nona melengah sambil tersenyum pahit ada masa di mana sewaktu SMA dia mengidolakan seorang pria yang merupakan kakak kelasnya sendiri, namun pria itu tidak menggubris nya sama sekali, bahkan tidak menyadari perasaan khusus yang baru pertama kali dirasakan oleh seorang nona Tanisha Dhanda kala itu.
Jangan kan membalas uluran tangan nya, lewat di depan nya saja, si pria melengah kan matanya, pria itu memang idola semua gadis gadis satu sekolahan karna ketampanan dan kecerdasan dirinya, selain itu dia merupakan ketua OSIS dan juga kapten tim basket dari sekolahan nya kala itu.
Namun tidak ada yang berhasil menggaet nya termasuk Tanisha sendiri, yang kala itu hanyalah seorang gadis pengagum pria itu dari kejauhan, tidak juga berani menyapa ataupun berkenalan dengannya, dia bisa terbilang seorang murid introvert, pendiam dan tidak terlalu suka bergaul dia juga memiliki sikap pemalu yang akut, lebih sering merenung di perpustakaan dengan tumpukan buku buku pelajaran.
Dia bukan seorang murid kutu buku, juga bukan gadis culun yang mana berkaca mata dengan rambut berkepang dua, bukan, buang kelaut pikiran itu, kenyataan nya dia memang sudah sangat cantik sedari masa SMA nya namun yah dia memang tidak terlalu suka bergaul.
Kalau urusan menata penampilan nya kala itu bisa di katakan dia sangat mahir untuk usianya yang masih sangat belia.
Satu hal perkataan dari Vindra barusan mengingat kan sang nona pada masa itu? Lalu siapakah pria itu? Apakah dia sadar perasaan sang nona kalau sampai saat ini belum bisa melupakan sosoknya?
Dulu dan sekarang memang sudah sangat berbeda jauh, siapa sangka sang nona berubah total setelah dirinya berhasil lulus dari universitas terbaik dunia dengan nilai terbaik pula, namun sikap nya berbanding terbalik dia sampai melupakan kepolosan nya sendiri berubah menjadi gadis yang kasar, sombong, songong dan angkuh, di tambah penderitaan nya kehilangan sang ibu, dan kecelakaan lain yang menyebabkan dirinya nyaris mengalami kebutaan permanen.