Pertemuan kedua perusahaan kembali di gelar, Tanisha tidak hadir, padahal itu mengenai hotel impian nya, alasan nya sudah pasti menghindari pria itu, pria yang sangat di jauhinya.
Sudah beberapa kali sang nona mangkir dari pertemuan, bahkan sampai meminta sang ayah untuk menggantikan tugasnya.
Proyek pembangunan itu pun di mulai, jika hanya sekedar memantau tentu saja sang nona akan bersedia, itu artinya kesempatan untuk bertemu dengan pria itu akan semakin minim, dan bahkan tidak akan tersorobok dengan nya lagi.
Nona Tanisha memang songong, di lokasi proyek yang cukup strategis, pembangunan masih sedang berlangsung tentu saja tidak sembarangan bisa masuk kesana tampa menggunakan alat keselamatan diri, dan si nona songong malah tidak mau di pakaikan safety helmet oleh asisten nya.
"Rambut ku bisa rusak nanti Ann" ketusnya pada sang sekretaris.
"Tapi nona ini demi keselamatan nona, kalau ada benda jatuh dari atas gimana hah?"
"Hah, pokok nya gak mau titik"
"Ya sudah kita kembali ke kantor saja" ucap sekretaris yang ayu dan seksi itu kemudian, sang nona mengangguk selain itu berada di lokasi ini membuat nya merasa kepanasan. Apalagi debu dari material bangunan membuat nya sesak untuk berada lebih lama lagi.
Sekretaris dan CEO itupun melangkah untuk kembali melewati beberapa material material bangunan yang tergeletak simpang siur di sana sehingga harus ekstra hati hati, sang sekretaris tidak peduli tentang dirinya prioritas nya hanya lah tentang kenyamanan dari nona terhormat nya saja sehingga dia tidak terlalu memperhatikan jalan nya sendiri, tanpa sengaja keseruduk kepala seorang pria.
"Aaak, anjlok, kepala ku pecah" Ocehnya kemudian latah latah gak karuan sembari memegangi bekas benturan di kepala nya itu, sang pria yang sedari tadi seperti tidak memperhatikan jalan nya, buru buru mengatupkan kedua telapak tangan nya di hadapan wanita itu.
"Maafkan saya, Ann are you ok hah?" Ucap pria tersebut.
Tanisha yang berjalan di depan lebih dulu tersentak merasakan ketidakberadaan sang sekretaris di belakang nya lantas menoleh kebelakang, langsung terperangah kala melihat sosok pria yang tengah bersama sekretaris nya tersebut.
"Hei Ann cepat balik" teriak nya. Annita pun sekilas tersenyum pada pria itu lalu beranjak gegas menuju atasannya tersebut.
"Hati hati Anton" sahut nya dari jauh. pria itu pun tersenyum menyeringai tak karuan.
"Kenapa pria itu disini?" Tanya sang CEO, raut ketusnya tak pernah lepas dari wajahnya yang super duper cantik itu.
"Gak tau, mungkin dia lagi ngecek proyek" Jawab sang sekretaris dengan memalingkan wajahnya.
"Kau punya hubungan spesial dengannya hah?"
"Tidak" elaknya.
"Awas kau aku pecat kalau sampai berhubungan dengan dia?"Ancaman keras yang membuat Annita terperangah kaget.
"But, why?"
"Karna jika ada dia sudah pasti ada si bangsat itu"
"Heh.." kepala Annita rasanya berputar putar di udara kesulitan mencerna ucapan dari atasan nya tersebut.
Annita terpaksa mengiyakan saja semua titah dari CEO songong nya dan kembali meneruskan langkah mereka.
"Eh nona Tan..."
Nona Dhanda spontan berlari tak kala melihat sebuah benda jatuh dari atas dan sontak mendorong dengan kuat tubuh seseorang yang nyaris ketiban benda tersebut, saseorang itu terpental sedang kan kepala sang nona membentur batu tajam hingga keningnya terluka dan meneteskan darah.
"Tan.." Pria itu berlari untuk mengejar nya.
"Nona..." Teriak sang sekretaris bersamaan dengan wajah paniknya.
"Tan... kamu baik baik saja hah?" ucap pria itu lagi, lalu membantu sang nona untuk berdiri.
Sepertinya benturan batu runcing itu tak seberapa sakit nya ketimbang melihat wajah orang yang sudah di tolong nya, dia berdiri menarik tangan sang sekretaris lalu pergi bersama bungkam nya bibir seksi merah merona itu serta memasang gurat masamnya.
"Tan tunggu Tan.." teriak pria itu yang langsung berlari mengejar nya, mencekal tangan nya dari belakang. Sang sekretaris mendadak canggung hendak segera hengkang menghindari kedua manusia tersebut, namun tangannya di pegang erat oleh atasan nya tersebut.
"Mau kemana kamu?" Ucapnya pada sang sekretaris.
Namun pandangan itu mengarah tajam dan penuh amarah pada pria yang ada di hadapannya pria yang tengah mencengkram kuat satu pergelangan tangan halusnya.
"Nona Tan, saya merasa tidak enak posisi, eh saya tidak mau jadi obat nyamuk, eh astaga saya harus ngomong apa?" Racauannya si sekretaris yang mendadak panas dingin berada di antara kedua manusia tersebut, entah kenapa itu sekretaris mendadak latah bahkan langsung grogi seketika.
"Tetap disini" tegas sang nona.
"Pergi Ann" ucap pria itu dalam nada dingin.
"Kau tidak berhak dia sekretaris ku?" Tegas sang nona, mata birunya yang indah nyaris terkena tetesan dari darah keningnya, pria itu lekas menghapus nya dengan sapu tangannya.
Seolah memanfaatkan situasi ini, sekretaris yang sudah tidak tahan berada di antara kedua manusia tersebut memberikan kode kepada pria itu untuk ingin hengkang dengan segera.
Pria itu kemudian mengibas kan tangan nya sebagai pertanda bagi sang sekretaris untuk segera minggat, sambil tersenyum dan mengacungkan satu jempol nya wanita ayu tapi seksi tersebut perlahan lahan mundur dan menghilang seketika.
"Ann, mau kemana kamu Ann?" Teriak sang nona, namun sekretaris itu sepertinya tidak takut akan teriakan atasan nya tersebut dia tetap melarikan dirinya dari tempat yang membuat tubuhnya merasa kepanasan itu, jika terus terusan berada disana.
Nona Dhanda mulai merasa canggung gelagat nya mulai salah tingkah, hendak lari tapi tangan nya di cekal sangat kuat, mau di tepis percuma, kekuatan itu lebih kuat dari kekuatan nya sendiri.
"Apaan sih, lepas kan tangan ku?" Rontanya.
"Kau harus di obati dulu, kau terluka" ucap pria itu lewat tatapan bak elangnya.
"Aku tidak sudi, aku bisa sendiri" ketusnya.
"Tapi kali ini kau harus ikut dengan ku" pria itu lantas mengangkat tubuh sang nona dan membawanya ke tempat yang dirasa lebih aman untuk mengobati luka dari nona songong tersebut. Tentu saja di gendong akan semakin membuat nya meronta ronta hingga menggigit bahu pria itu namun sang pria malah seperti tak menghiraukan gigitan tersebut, sama sekali dia tidak kesakitan.
Kening sang nona kini berhasil di obati oleh pria tersebut dan di beri plester, di sebuah ruangan khusus para petugas proyek, di sana juga tersedia kotak P3K.
"Kenapa kau keras kepala seperti ini hah?" Tegas pria itu kembali.
"Bukan urusan mu?" Ketusnya sembari memalingkan wajahnya.
"Jika bukan urusanku kenapa kau menolong ku?"
"Aku tidak menolong mu, siapa pun yang berada seperti posisi mu itu pasti akan ku tolong juga"
"Heh, kau kira aku tidak mengenal siapa dirimu? Ke angkuhan dan sikap egoismu itu?"
"Diam kau aku tidak peduli apapun yang kau katakan itu, aku mau pulang jangan kau cegah aku lagi" ketusnya kemudian.
"Jelas aku akan mencegahmu, kau harus pulang denganku"
"Siapa dirimu? Berani nya kau mengatur hidup ku?"
"Tidak penting siapa aku, tapi kau penting bagi ku" sebuah ungkapan spontan yang membuat keduanya malah bungkam dan saling melempar tatapan. Sebelum akhirnya sadar dan kembali menguasai diri.
"Hmm maksud ku, karna kau sudah menolong ku, jadi tugasku berterimakasih padamu, aku orang yang tau caranya berterima kasih, tidak harus lari dan menghindar setelah di tolongin" oceh pria itu kemudian.
"Kau menyindir ku?" Sang nona kembali bergurat judes.
"Tidak, kalau ada yang kesindir sih itu bukan urusanku, berarti memang orang itu bersalah makannya dia kesindir"
Sang nona pun berdiri tak menjawab lagi ocehan dari pria tersebut, hendak melarikan diri namun kembali di cekal pergelangan tangan kecilnya, hingga genderang itu kini berperang di dadanya.
"Let me go?" Tegasnya, dengan wajah yang melengah.
"Kali ini dengar kan aku baik baik Tanisha, aku mau bicara serius dengan mu, sudah cukup kau menghindari ku" tegas pria tersebut dalam nada yang sangat dingin dan tatapan lekat yang kini persis menantang mata birunya sang nona.
"Jangan ucapkan apapun Vin?" Batinnya. Dan netra biru nan indah itu kini berkaca kaca, mengumpulkan sejuta rasa dan keinginan yang berusaha di cegah nya agar jangan sampai rasa bisa mengalahkan keras hatinya.