"Kau harum sekali, sayang," puji Bass, menghirup aroma tubuh Gisel usai mandi. Ia juga mengecupi punggung Gisel dan meninggalkan kesan geli.
"Bass, geli." Gisel mengelak, berusaha menghindar. Namun tangan kekar Bass berhasil menangkap tubuh mungil istrinya dan menjatuhkannya di atas ranjang.
"Sekarang kau tidak bisa berkutik lagi, Gisel. Malam ini, lagi-lagi kau adalah milikku."
***
Tok tok tok
Pintu kamar mandi diketuk, oleh siapa lagi kalau bukan Anton.
"Clarine, sudah berapa lama kau berada di dalam? Kau tidak kedinginan?" tanya Anton, seperti manusia tak berdosa. "Cepat keluar! Aku juga ingin masuk. Aku sudah menahannya sejak tadi!" perintah Anton.
Cklek
Clarine membuka pintu dengan raut yang sangat tidak mengenakkan.
"Aku ingin pulang ke Jakarta."
"Aduh … kau jangan mudah ngambek seperti itu. Cepat keluar! Aku sudah tidak tahan," perintah Anton menarik kasar istrinya keluar dari dalam kamar mandi dan segera bergantian masuk.
Air mata Clarine mulai membasahi pipi, Anton sama sekali bukan pria idaman para wanita.
***
Senin pagi harusnya menjadi hari sibuk dengan jiwa dan raga yang sama sekali belum bersemangat karena masih terbayang akan libur di akhir pekan. Namun tidak dengan Bass, yang begitu semangat karena sudah mendapat jatah atas kewajiban sang istri.
Malam yang panjang ia dapatkan dengan kepuasan bercinta yang tiada tara. Gisel selalu mampu membuat Bass ingin lagi dan lagi. Bass juga kerap kuwalahan karena gairah Gisel yang seolah tak habis meski telah melakukan ronde berulang kali.
Pagi ini, Bass pergi ke kantor dengan semangat, juga mengawali harinya dengan menyapa seluruh pegawai yang melintas di hadapannya. Kini Bass tengah berdiri di depan pintu lift, menunggu pintu lift yang akan membawanya menuju lantai ruangan kerjanya terbuka.
"Selamat pagi!" sapa Aaron mengejutkan Bass dari belakang. "Sepertinya bersemangat sekali pagi ini," lanjutnya menggoda Bass.
"Hari Senin adalah hari yang penting bagiku. Kita harus bersemangat, Aaron. Setelah libur dua hari, seharusnya kau juga bersemangat, bukan?" balas Bass.
"Harusnya iya. Tapi … sayang libur dua hari kemarin, aku hanya menghabiskan waktu di kamar sembari bermain game online," gumam Aaron. "Bagaimana aku bisa menyambut pagi ini dengan semangat kalau begitu," lanjutnya mengeluh.
TING
Pintu lift terbuka dan tidak ada sama sekali orang di dalamnya.
"Sudahlah, masuk cepat!" perintah Bass meminta Aaron untuk segera masuk ke dalam lift.
"TUNGGU!"
Bass yang sudah berada di dalam lift, segera menahan pintu lift agar tetap terbuka, dengan menekan tombol open door.
"Terima kasih," ucap Anton, yang terlihat tergesa-gesa.
"Kau sudah kembali?" tanya Bass kepada Anton. Bass mengira kalau Anton akan izin kerja hari ini karena sedang melakukan bulan madu dengan Clarine.
"Tadi pagi-pagi sekali pergi dari Bandung," jawab Anton. "Aku membiarkan Clarine pulang membawa mobil. Baru saja ia pergi."
"Pasti sangat lelah, ya … hari Sabtu ada acara fun day perusahaan dan hari Minggu nya harus pergi ke luar kota. Bahkan kini kau sudah kembali bekerja," tutur Bass.
"Jelas sangat lelah. Tapi … mau bagaimana lagi."
"Kau bisa izin kerja, Anton. Atau kau bersemangat karena telah divaksin tadi malam?" sahut Aaron bertanya.
"Ah, tidak. Aku tidak ingin merusak absensi sebagai pegawai baru. Tidak mungkin baru beberapa hari kerja sudah izin. Apalagi izinnya karena lelah usai liburan," balas Anton.
"Anton benar. Dia tidak seperti kau yang kerap izin karena kelelahan usai bermain dengan wanita di luar sana, Aaron," timpal Bass menyinggung Aaron.
"Ah, kau … lihat saja. Aku juga akan segera mendapatkan pasangan yang seperti Gisel atau Clarine. Lihat saja nanti!" gerutu Aaron, kemudian ia keluar dari dalam lift lebih dulu saat pintu lift terbuka karena telah sampai di lantai tujuan mereka.
Bass, Anton dan Aaron pun berpencar menuju ke tempat duduk mereka masing-masing. Aaron yang banyak bicara pun kini terlihat diam-diam saja karena sedang asyik dengan gadget nya. Kebiasaannya saat tiba di kantor, sembari menunggu komputernya menyala, ia pasti memainkan gadget nya untuk melihat-lihat beranda media sosialnya. Jika tidak ada yang seru, ia akan mengajak bicara rekan-rekan terdekat dari tempat duduknya, namun jika ada yang seru, ia akan berbicara lebih keras lagi sembari memberi tahu apa yang baru saja ia lihat pada media sosialnya.
"Bass!" seru Aaron, ia pasti ingin memberitahu sebuah berita yang sedang berada di trending teratas.
"Pagi-pagi jangan mengajak aku bergosip. Ajak saja pegawai wanita untuk bergosip," balas Bass menolak secara terang-terangan.
"Bukan gosip. Aku melihat sebuah postingan, bagaimana caranya menjadi seorang suami idaman," elak Aaron.
"Coba kau sebutkan. Siapa tahu kau harus belajar dari postingan itu agar lekas mendapat tambatan hati, Aaron," timpal Pak Carlos.
"Hmmm, begini. Yang pertama, bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Kedua, memiliki iman yang kuat serta ketaatan beribadah kepada Tuhan. Lalu yang ketiga, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi juga memiliki spare tabungan untuk masa depan. Tampan, meski tingkat ketampanan seorang pria adalah relatif dimata wanita. Tunggu-tunggu, mengapa ini semua ada pada kau, Bass?"
"Lanjutkan membaca, Aaron," pinta Anton terkekeh.
"Ah, tidak! Untuk apa aku membacanya jika kalian bisa melihat sosok suami idaman itu ada pada Bass," balasnya menggerutu.
Kini bukan hanya Anton saja yang terkekeh, namun Bass dan Pak Carlos pun tertawa demikian.
Aaron yang kesal, akhirnya memilih untuk menyibukkan diri dengan memulai pekerjaannya mulai dari yang ringan. Karena jam kerja belum dimulai.
***
Clarine baru saja tiba di rumahnya. Ia hanya memarkirkan mobil sang suami, tanpa mengeluarkan koper dan beberapa kantong belanjaan hasil ia berbelanja di kota kembang. Clarine sama sekali tidak lelah, namun dirinya terlihat begitu lunglai karena liburan yang ia anggap bulan madu itu benar-benar gagal total.
Clarine merasa seperti bersandiwara karena memiliki suami yang nyaris sempurna, layaknya suami idaman. Namun baginya Anton bukanlah suami idaman, karena ia kurang memberikan nafkah batin dan membuat Clarine menjadi sedikit liar jika berada di luar rumah dan bertemu dengan pria yang menurutnya bisa membuatnya nyaman dan puas bercinta.
Clarine melihat hasil gambar pada ponselnya, dimana hasil gambar itu didapat saat acara fun day perusahaan tempat suaminya bekerja. Clarine membesarkan salah satu gambar, dimana ada dirinya dan juga Bass yang sedang memungut sampah di tepi pantai. Ia terseyum, mengingat betapa gagah dan tampannya Bass yang kerap menjadi kegilaan para wanita. Namun sayang pria itu telah beristri dan tidak ada siapapun wanita yang mampu menyaingi Gisel, wanita yang terbilang sempurna di mata pria.
"Kau memang suami idaman, Bass. Hmmm, apakah istrimu dapat memberikan kepuasan untukmu? Bagaimana jika kau mencobanya bersamaku?"