Gu Tingyuan melirik Helian Zhen dengan dingin saat dia berjalan melewatinya menuruni tangga.
Helian Zhen menepuk pantatnya, yang sakit karena tendangannya. Dia melirik Gu Tingyuan yang menjauh, dia lalu berkata, "Jika kamu peduli padanya, kamu harus masuk dan menanyakannya. Kenapa kau bersembunyi di dekat pintu? Pria macam apa kamu?!"
Langkah Gu Tingyuan berhenti. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Aku baru saja keluar dari ruang kerja dan kebetulan lewat."
Helian Zhen mengangkat alis.
Dia kebetulan saja lewat?
Jika dia hanya lewat, bukankah punggungnya akan menghadap ke kamar tidur utama? Mengapa justru dia yang menghadap kamar tidur utama?
Dasar keras kepala!
Lupakan. Tidak mungkin dia akan mengakui sesuatu yang ingin dia sembunyikan.
"Aku pergi!"
Gu Tingyuan berkata, "Aku tidak akan mengantarmu keluar."
Wajah Helian Zhen memiliki ekspresi kesal, "Cih, dasar bocah tak tahu terima kasih!"
Di sofa, Gu Tingyuan mengambil koran dan mengabaikan Helian Zhen.
Suara langkah kaki perlahan memudar hingga terdengar suara mesin mobil di luar pintu. Helian Zhen akhirnya pergi. Kemudian, Gu Tingyuan, yang berada di sofa, meletakkan koran lalu melihat ke lantai dua.
--------------------------------------------------
Di kamar tidur utama.
Mu Wan bersandar di kepala tempat tidur, memikirkan apa yang telah dilakukan Mu Qingsong dan keluarganya.
Dia tidak pernah menyangka bahwa pamannya, yang selalu baik padanya, akan merencanakan konspirasi agar Mu Chen masuk penjara.
Selanjutnya, seperti apa sebenarnya situasi di balik kematian ayah Gu Tingyuan? Apa yang maksud ucapan Chen Huijun dan Mu Han?
Apa yang harus dia lakukan sekarang untuk mengungkap perbuatan jahat Mu Qingsong?
Dia begitu tenggelam dalam pikirannya sehingga dia tidak menyadari bahwa infusnya itu sekarang sudah kosong.
Saat dia melihat sekeliling, dia melihat darah mengalir dari tabung putih di punggung tangannya. Mu Wan tiba-tiba menyadari bahwa infusnya sudah kosong. Dia segera bangkit untuk menggantinya dengan botol lainnya.
Namun, dalam kepanikannya, dia tidak menyadari bahwa betisnya masih terluka. Dia baru saja berdiri dan langsung jatuh ke tanah karena rasa sakit yang hebat.
Mu Wan ketakutan melihat dia akan terjatuh. Tepat ketika dia akan jatuh dari tempat tidur, sebuah lengan yang kuat menahannya.
Dia tercengang lalu mendongak untuk melihat siapa itu, Gu Tingyuan langsung mengangkatnya lalu meletakkannya kembali di tempat tidur.
Mu Wan sedikit terkejut ketika dia melihat pria yang datang tiba-tiba itu.
Gu Tingyuan tidak menatapnya secara langsung. Sebaliknya, dia membantunya mengganti botol infus.
Setelah itu, dia berbalik untuk melihat Mu Wan dengan matanya yang dingin dan gelap.
Saat tatapan mereka bertemu, hati Mu Wan menjadi dingin.
Sedikit perhatian yang diharapkan oleh Mu Wan hanyalah aksi biasa darinya.
"Terima kasih."
Dia menundukkan kepalanya dan tidak menatapnya lagi. Nada suaranya sangat sopan.
Ketika Gu Tingyuan mendengar kata 'terima kasih' ini, dia merasa sangat kesal.
"Sudah kubilang—"
"Jika aku ingin mati, aku harus melunasi hutangku terlebih dahulu!" Mu Wan memotongnya, mengetahui batasannya sendiri, "Aku tahu."
Menatap wajahnya yang tenang, Gu Tingyuan merasa lebih kesal.
Dia jelas akan mengatakan hal yang sama, tetapi dia sangat tidak senang dengan sikapnya yang 'menerima nasibnya'.
Suasana hatinya langsung menjadi sangat muram. Dia berbalik lalu berkata, "Bagus kalau kamu tahu."
Setelah mengatakan itu, dia pergi tanpa melihat ke belakang.
Pintu ditutup dengan keras. Jantung Mu Wan berdetak kencang saat dia melihat sosoknya yang menghilang.
Kepribadian yang tak terduga ini tampaknya masih sama seperti tiga tahun lalu.
--------------------------------------------
Pada hari-hari berikutnya, di bawah perawatan cermat Helian Zhen, luka-luka Mu Wan berangsur-angsur pulih dan bekas luka di betisnya berangsur-angsur menghilang.