Terdapat notifikasi baru di layar handphoneku. Saat aku buka whatsapp, rupanya dari Ardi [Halo.. Lydia.. Aku otw jemput kmu ya.. ]
[Ok] jawabku
[Kira-kira 30menit aku sampai. Papa Mama ada dirumah?]
[Lagi pergi ke luar ada urusan kerjaan] tulisku menjawab.
[Ok. Aku jemput naik motor tidak apa-apa kan?] tanyanya via whatsapp.
[Gpp] tulisku.
[Ya.. Sampai ketemu 30min lagi. C U soon] tulis Ardi menutup pembicaraan kami.
[Ok. Aku ganti baju dulu ya] jawabku.
Sebenarnya aku sudah selesai berdandan dan memakai baju, namun aku tidak mau terlihat seakan-akan aku sudah menantikan sekali nonton bersama hari ini. Sabtu malam ini aku memutuskan memakai celana jeans, kaus Berkerah coklat dan sweater pink. Sedangkan untuk make up aku hanya memakai sedikit riasan sehingga terlihat natural. Aku sengaja memakai baju santai karena aku tidak mau mengesankan bahwa ini kencan dan mengesankan aku perempuan yang terlalu bernafsu untuk dinikahi.
Walau aku tertarik dengan Ardi sejak pertemuan pertama di pesta ulang tahun ke-30nya, namun aku juga merasa harus menjaga image sehingga aku tidak direndahkan dan dianggap gampangan. Ini yang diajarkan mamaku kepadaku sejak kecil, sebagai wanita harus pintar bermain peran, walau kita suka tidak boleh menunjukan ekspresi terlalu suka, begitu pula kalaua tidak tertarik, jangan menunjukan apa adanya bahwa kita tidak tertarik, karena laki-laki penasaran perempuan yang misterius dan sulit didapatkan menurut mamaku.
‐-------
Setengah jam berlalu,ku dengar ketukan di pintu depan, aku mengintip dari lubang pintu, tampak Ardi memakai kaos hitam, jaket jeans denim, celana jeans, sepatu kets putih adidas, serta tidak lupa memakai kacamata hitam rayban. Harus aku akui gaya Ardi sore itu sungguh gagah dan menarik.
"Permisi.." ujarnya dari balik pintu.
"Ya sebentar" ujarku sembari membuka kunci pintu.
"Lydia.. Cantik sekali kamu malam ini." puji Ardi saat melihatku.
"Terimakasih" aku menjawab sembari tersipu.
"Sudah siap berangkat?" tanyanya.
"Ayo" jawabku sembari menutup pintu rumahku. Setelah pintu terkunci, Ardi meraih lenganku dan menarik halus aku menuntun ke arah motornya berada.
Motor yang dibawa adalah kawasaki Ninja 250 FI spesial edition warna hijau campur hitam. Dia memberikan helm fullface warna hitam kepadaku, saat aku memakai helm, Ardi membantu mengancingkan strap dagu helmku. Setelah selesai memakai helm, kami pun naik ke atas motor Ardi, lalu setelah itu kami berangkat menuju mall pondok indah untuk nonton di bioskop.
‐-------
"Mau nonton apa mas?" tanya penjual tiket di bioskop.
"Studio 2 mbak" jawab Ardi.
"Dawn of the planet of the apes ya mas?" tanya mbak-mbak cantik penjual tiket lagi kepada Ardi.
"Ya mbak" ujarnya menjawab konfirmasi penjual tiket itu.
"Mau jam berapa mas?" tanya mbak penjual riket sembari melihat ke arah Ardi.
"Coba jam 18.45 mbak" pinta Ardi kepadanya.
"Silahkan dipilih posisi duduknya, yang didepan ini layar, ini adalah sisa bangku yang kosong?" jelas mbak penjual tiket sembari menunjukan dilayar, terlihat bangku dibaris A sampai J sudah penuh.
"Kamu mau nonton dibaris berapa?" tanya Ardi ke aku.
"Penuh semua baris 1-10 Ko.. Terlalu depan, coba jam lain Ko.." jawabku sembari melihat layar.
"Coba ganti jam 21.15 mbak" ujar Ardi
"Baik. Silahkan dipilih bangkunya" ujar mbak penjual tiket sembari menunjukan layar pilihan kursi.
"A1 dan A2 mbak" ujarku
"Ga terlalu pinggir? Ga mau posisi tengah?"tanya Ardi padaku
"Disitu aja Ko.. Tidak apa-apa" ucapku.
"Ok.." jawab Ardi singkat.
"Studio 2 jam 21.15 film Dawn of the planet of the apes seat A1,A2. Totalnya seratus ribu. Mau bayar pakai apa?" tanya mbak penjual tiketnya kepada Ardi.
"Kartu kredit mbak" ujar Ardi menyerahkan kartu kreditnya.
"Baik, totalnya seratus ribu, silahkan tanda tangan disini mas" ujar mbak penjual tiket yang dari papan namanya bernama Manda. Manda bertubuh ramping, kulitnya putih merona dengan hidung mancung dan dari wajahnya sepertinya berasal dari daerah Manado dan tinggi badan 170an.
"Ini mbak Manda" ujar Ardi setelah menandatangani bukti transaksi kartu kreditnya"
"Ooo.. Iya pak, sebentar saya print tiketnya" ujar Manda terkejut karena Ardi menyebut namanya walau Manda tau bahwa pembelinya bisa tahu namanya dari papan nama identitas yang dipakainya, akan tetapi jarang ada yang menyebut namanya, mayoritas pembeli tiket acuh dengan papan nama identitas itu kecuali ada konflik atau masalah.
"Ok" jawab Ardi.
"Silahkan tiketnya 2 buah Dawn of the planet of the apes jam 21.15 bangku A1, A2. Terimakasih" ujar Manda menyerahkan tiketnya.
"Terimakasih Manda"ujar Ardi meraih tangan Manda yang memegang tiket dengan kedua tangannya,lalu menggenggam erat tangan Manda, dibelai nya sedikit lalu setelah beberapa detik melepaskan tangan Manda setelah tiket berada ditangan Ardi. Aku melihat ekspresi Manda agak kaget bercampur tersipu malu saat Ardi melakukan itu kepadanya, namun aku merasa itu tidak perlu dipermasalahkan karena Ardi dan aku belum mempunyai hubungan apa-apa dan bisa saja itu hanya cara Ardi bersikap ramah.
"Masih tiga jam sebelum film dimulai. Kamu mau makan malam dulu?" tanyanya sembari berjalan menjauh dari loket penjualan tiket bersamaku.
"Boleh" jawabku setuju.
"Lydia mau makan apa?" tanyanya lembut padaku.
"Apa ya? Terserah Koko saja" ujarku.
"Dimsum mau?" tawarnya padaku.
"Ngga ah.. Aku uda makan itu tadi pagi" aku menolak usulannya.
"Burger?" tanya Ardi lagi.
"Lagi ga selera makan burger" tolakku lagi.
"ayam KFC?" tanyanya.
"Ngga ah.. Terlalu berminyak" ujarku.
"Hokabento?"
"Ngga ah, sama aja goreng-gorengan juga"
"Ya uda, gimana kalau kita ke Sushi Groove. Aku ingin makan fushion sushi di Sushi Groove ada, menu sushi favoritku.. Krakatau Roll. Kamu harus coba enak banget" tawar Ardi kepadaku.
"Hmmm... Oke.. Kita coba makanan favoritmu" jawabku sembari menganggukan kepala, walau sebenarnya aku tidak terlalu suka makan sushi karena mentah tapi aku tidak mau dibilang norak karena ga bisa makan sushi yang sudah menjadi salah satu makanan internasional.
Kita berjalan keluar dari bioskop xxi, rupanya sushi groove letaknya tidak jauh dari bioskop, hanya sekitar 15- 20 langkah kami sudah berada di depan restauran itu.
"Untuk berapa orang mas?"
"Dua mbak.." jawab Ardi
"Mari silahkan ikut saya" ujar pelayanan perempuan itu sembari memandu kami ke meja kosong yang letaknya agak kedalam.
"Baik" ujar Ardi berjalan bersamaku mengikuti arahan pelayan itu.
"Silahkan duduk mas dan mbak" Pelayanan restoran itu mempersilahkan kami duduk
"Terimakasih" ujarku.
"Ini menunya mau langsung pesan atau mau lihat-lihat terlebih dahulu mas?" tanyanya ramah.
"Langsung pesan saja, 1 krakatau roll, 1 edamamame dan 1 ocha dingin" pesan Ardi.
"Baik" jawab pelayanan sembari mencatat pesanan Ardi.
"Kamu mau minum apa?" tanya Ardi padaku.
"Samain aja" jawabku.
"Ocha dinginnya dua ya mbak"
"Baik mas" jawab pelayan itu sembari menuliskan tambahan pesanan kami.
"Kamu mau ada tambah makanan lagi?" sembari Ardi menyodorkan menu yang tadi dipegangnya.
"Ngga deh, aku coba dulu pesenan kamu" aku menolak.
"Ok mbak itu dulu, menunya ditinggal disini dulu ya mbak" ujar Ardi pada pelayan itu.
"baik mas, pesanannya saya ulang ya, 1 krakatau roll, 1 edamamame dan 2 ocha dingin ya mas" konfirmasi pelayanan itu kepada Ardi.
"Ya betul" ujar Ardi menjawab.
"Baik, silahkan menunggu hidangannya kami buatkan ya mas" ujar pelayan itu sebelum meninggalkan kami berdua.
"Terimakasih" ucap aku pada pelayan restoran itu.
Pelayanan restoran itu meninggalkan kami berdua. Aku masih melihat-lihat menu yang ditulis, ini pertama kalinya aku makan di restoran fusion sushi. Pertama kali aku makan di restoran sushi saat usia 18 tahun bersama papa dan mama saat berkunjung ke tokyo dan mencoba sashimi adalah pengalaman yang tidak mengenakan bagiku, saat sashimi tersaji didepanku,aku yang saat itu baru pertama kali mencoba, langsung mual dan memuntahkannya setelah satu gigitan daging salmon mentah yang aku makan. Sejak itu aku selalu menolak makan sushi-sushian lagi. Aku mencari-cari makanan yang aku bisa makan, rupanya ada udon, kalau nanti aku coba secuil menu yang dipesan Ardi aku tidak cocok, aku akan pesan udon itu.
"Kamu baru pertama kali ya makan fusion sushi?" tanya Ardi yang sepertinya bisa membaca pikiranku.
"Iya Ko" jawabku sembari terus memperhatikan menu ditanganku.
"Aku juga ga suka daging mentah kok, tapi fusion sushi beda dengan tradisional sushi kok Lyd.." ujar Ardi yang sekali lagi seperti bisa membaca pikiranku.
"Beda bagaimana Ko?"tanyaku penasaran.
"Kalau fusion sushi itu, sushinya diracik sedemikian rupa dengan saus dan bahan makanan lain seperti asparagus di karakatau roll yang aku pesan, bahkan ada beberapa bahan makanannya yang digoreng"jelas Ardi.
"Oh begitu, jadi ga pure raw ya?" ujarku memastikan.
"Iya ga mentah 100%"jawabnya.
Mendengar penjelasan Ardi, pikiranku agak tenang, aku tidak sabar menunggu menu yang dipilihkan Ardi. Semoga apa yang dia jelaskan sesuai dengan yang aku bayangkan. Sembari menunggu makanannya dibuat, kami berdua berbincang-bincang mengenai Bruno Mars untuk membunuh waktu kami menunggu makanan disajikan.