Chereads / Perjalanan Hidup Setelah Menikah / Chapter 2 - Pertemuan

Chapter 2 - Pertemuan

Pagi ini aku hanya sarapan roti. Di meja makan sudah terlihat Mama dan Papa.

"Buru-buru nak?" Tanya Papa

"Iya Pah, ada meeting bentar lagi"

Sambil mengolesi roti yang aku pegang.

Setelah selesai memakan roti aku lanjung menyalami kedua orangtua ku.

"Ma, Pa Winda berangkat dulu ya, assalamu'alaikum"

Sampai di kantor aku langsung masuk ke ruangan meeting. setelah beberapa menit akhirnya meeting selesai.

"Seperti nya aku lapar lagi" gumamku.

"Win!" sapa seseorang yang seperti nya aku mengenalinya.

Saat aku menengok ternyata dia mantanku saat SMA dulu.

"Eh Ferdian" aku langsung tersenyum padanya.

"Oh jadi ini CEO nya" dia terkekeh

"Is jangan gitulah" aku tersenyum malu

"Manis deh kalau senyum terus Win" gombalnya

"Jangan di sini deh di kantin aja Fer" ajak ku, karena jujur aku masih ada rasa getaran saat melihat nya tersenyum.

"Di traktir gak nih?"

" Iya aku traktir tapi, minum doang haha" aku tertawa.

"Sembarang lu deh"

"Ayo" Ia menggandeng tanganku

"Hm bisa di kondisikan gak tangan jahil mu itu" dengan nada sok cuek.

Seketika ia langsung melepaskan tangan nya dariku

Sesampai di kantin kami tertawa riang tidak peduli dengan sekitar nya seperti dunia milik berdua ckk.

"Kamu dulu kenapa mutusin aku sih Win, padahal lulus sekolah mau ku lamar " tanyanya sambil senyum senyum.

"Ckk kan udah ku bilang mau lanjut kuliah mau fokus karir"

"Gak usah di putusin juga kali " Dia mulai merengut.

"Kaya anak kecil kamu haha" Aku tertawa namun disambut tawa oleh Ferdian.

Disaat kami lagi tertawa riang, tiba-tiba seseorang datang.

"Ehem"

Aku menoleh bersamaan dengan Ferdian.

"Eh pak Dirman " Ferdian langsung berdiri .

"Kerja! Bukan malah kelayapan gini" sinisnya.

"Maaf Pak iya saya kembali ke kantor dulu"

"Eh"

" Nanti kita bertemu lagi ya Bu" Kata Ferdian .

"What? dia manggil Bu?" aku bergumam.

Aku hanya diam tanpa menanggapi.

Kenapa sih ini Dirman yang punya perusahaan kan aku baru direktur juga.

"Kamu kenapa usir dia?"

"Loh ini sudah waktunya kerja, bukan istirahat lagi!"

"Yang punya perusahaan ini saya!"

"Iya saya tahu Ibu Winda , tapi saya atasan dia juga jadi saya berhak."

"Jadi sekarang mau nya apa, mah usir saya juga?"

"Sudah lah, ayo balik ke kantor!"

Dirman menggandeng tanganku.

Aku hanya diam tidak berontak dan tidak protes juga.

Banyak pasang mata yang melihat dan berbisik-bisik.

"Kenapa lihat-lihat, gak sopan ya kalian!" Tegur Dirman kepada karyawan.

"Eh maaf Pak, ini kalian terlihat cocok, eh iya pak maaf" karyawan tersebut langsung pergi ke tempat nya.

"Sudah gandengnya?" Tanyaku cuek

"Hm maaf Win saya spontan" jawabnya malu-malu

"Modus, yang sopan juga dong, saya ini siapa"

Ia terlihat seperti kesal namun tiba-tiba ia menarik ku ke dalam lift dan tidak lama lift tertutup.

"Kamu merendahkan saya Ibu Winda?" Tanya nya serius, dengan menelisik wajahku yang sudah setengah merah.

"Loh kan apa adanya!"

Aku berusaha berani, namun sebenarnya aku sudah lemah saat ini apalagi dengan nafasnya yang terasa di wajah ini.

"Jadi?" Dirman mengelus rambutku.

"Yang sopan kamu!"

"Gimana kalau kamu aku rendahkan seperti tadi tapi menggunakan cara" Dirman menggantungkan Kalimatnya.

Tiba-tiba jantungku rasa ingin copot, bagaimana tidak, ia mengambil keperawanan bibirku pertama kalinya.

Aku ingin berontak namun naluri ku mendukung perbuatannya. Aku terdiam.

Tidak lama lift terbuka dan Ia sudah melepaskan bibirnya dengan sedikit menggigit bibirku.

"Uhhh" Aku merasakan sakit ketika ia menggigit bibirku.

"Kurang ajar ya kamu" Ingin memukul nya saat ini namun aku tidak melakukannya.

"Diam kamu mau dilihat karyawan lain."

"Saya gak akan melupakan ini!" Aku meninggalkannya ke ruanganku, sebelum itu ia mengatakan.

"Saya juga tidak akan melupakan yang anda lakukan tadi!" Dengan senyum sinisnya.

"Sial" aku terus menuju ke ruanganku.

"Kenapa aku tadi gak berontak sih, ih bodoh nya aku, kenapa malah menikmati yaampun Winda ih, aku pengen bunuh dia rasanya saat ini, aku benci " gumamku.

Tidak lama jam saat nya pulang. Aku masuk ke mobil lalu mengemudi dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba ponsel berdering.

"Assalamu'alaikum ada apa Ma?"

"Nak cepat ada tamu, sudah pulang atau belum?"

"Di jalan Ma"

"Yaudah fokus dulu nyetir Mama tunggu ya, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Aku merasa ada yang aneh tumben ada tamu aku dilibatkan biasa juga bodoh amat, firasatku tiba-tiba gak enak.

Sesampai di parkiran rumah, aku melihat seperti mobil yang tidak asing di halaman rumah .

"Jangan-jangan Dirman" gumamku

Ketika aku masuk ke dalam rumah aku melihat sosok yang ku benci.

"Nak ganti baju lekas ke sini ya"

"Iya Ma" aku tersenyum sambil menyalami kedua orang tua Dirman.

Saat bertatapan dengan Dirman, Ia tersenyum sinis kepadaku.

"Aku di salamin gak" Tanya Dirman tanpa embel-embel kata saya.

"Gak" aku cuek dan langsung berlalu meninggalkan mereka.

"Jangan-jangan yang dimaksud Papa itu Dirman, ya ampun kenapa harus Dirman" Aku terduduk di ranjang ini, belum nikah aja udah berani nyentuh aku terus bagaimana kalau udah nikah."

Pintu luar diketok.

"Nak kok lama sih ini udah jam 5 loh"

"Iya Ma tunggu aja, ini udah pakai baju Ma"

"Jangan lama!"

"Duh gimana sih, aku benci banget situasi gini"

Ketika aku turun dari tangga terlihat mereka berbincang akrab, tapi tidak dengan Dirman ia melihat ku tidak berkedip samasekali. Ingin rasanya ku cekik dia sampai mati.

"Eh Winda udah datang, cantik banget calon menantu ku ini" kata Mama Dirman.

Aku langsung duduk di samping Mama.

"Gini nak Mama dan Papa ingin menjodohkan mu dengan Dirman dia juga direktur di kantormu kan?"

"Hm iya Ma terserah Mama aja" pasrahku, karena menolak pun tetap akan dinikahkan.

"Nah anak saya sudah menyetujui nya, lalu bagaimana dengan Dirman" Tanya Mama ku ke orang tua Dirman.

"Anak saya penurut, dia pasti mau" Senyumnya.

"Gimana Nak? Tanya Mama Dirman.

"Nurut aja Mah"

Aku mulai memberanikan bicara.

"Maaf Tante , apa Pak Dirman belum punya kekasih?" Tanyaku hati-hati

"Kok manggil Tante sih, panggil Mama aja dong seperti kamu memanggil Mama kamu , dan gak usah panggil Pak gitu kan bentar lagi menikah" Senyumnya.

"Eh iya Tan hm eh Mah" Duh jadi grogi ginisih aku.

"Dia belum punya kekasih, mangkanya Mama mau dijodohkan dengan kamu nak"

"Oh gitu ya tan hm duh Mah maksudnya"

"Gak apa-apa kan belum terbiasa"

"Takutnya aja kalau ada kekasih nya nanti Winda dikatain pelakor gitu Mah"

"Gak, gak akan ada yang bilang seperti itu" tegas mama Dirman.

"Alhamdulillah kalau gitu Mah"