"Hapus air matamu, kau adalah putriku yang paling kuat dan tangguh. Aku dan ayahmu sangat memercayaimu, Jean. Kau pasti mampu." Astraea berkata dan tersenyum penuh keyakinan terhadap Jean.
Seperti pertama kali mereka bertemu di dalam mimpi.
Astraea tersenyum lagi. "Aku pernah bilang 'kan? Bahwa kita akan bertemu lagi dalam keadaan yang berbeda dan lebih baik."
Jean mengangguk pelan, masih terisak oleh keharuan. Ini yang dimaksud ibunya dulu. Dalam keadaan yang berbeda – antara ibu dan putrinya.
Wajah Jean disapu oleh belaian lentik jemari Astraea yang hangat di pipinya. Serbuk bintang membelai tiap jengkal kulitnya. Aroma cedarwood yang enak dihirup, dan udara sejuk yang berembus di sekitarnya.
Sekali lagi, Jean menggenggam jemari ibunya yang terasa nyata. Ini bukan mimpi atau ilusi semata. Ini benar kenyataan, Astraea ada di sini bersamanya. Jean mengusap kedua tangan ibunya dan menempelkannya di pipi.