"Brengsek! Dasar tidak berguna semuanya!! Istanaku, emasku, bangunan megahku, permata-permataku?!!!" Abercrome mengutuk kekalahannya, dia masih di dalam kamarnya yang maha luas, berlapis emas, kain-kain satin, dan seluruh barang-barang eksotisnya. "Gimana bisa ratusan ribu tentara terbaik istanaku mudah mereka kalahkan?!"
Abercrome naik pitam, dia yang mengenakan jubah satin nan mewahnya terus mengutuk kekalahannya. Situasi genting dan menyebalkan ini membuatnya muak.
Dia bersiap untuk kabur, beberapa tentara kepercayaannya sudah mempersiapkan kereta kuda untuk pelariannya.
Tapi dia harus mengemasi semua barang-barang berharganya.
"Aku enggak mau emas-emasku tertinggal di sini. Barang-barang berhargaku, permataku, berlianku! Kalian harus ikut semuanya denganku!" dia berkata dengan naik darah.
Dia mengemasi segalanya dengan ikatan sembarang. Semuanya dimasukkan ke dalam koleksi kain satin dari almarinya. Kotak-kotak penuh permata dan berlian indah yang tersimpan dibrankasnya.