"Bukan pujian tapi pernyataan." Jean mengkoreksi kata-katanya. "Kau ini percaya diri banget, ya?"
Ledakan tawa Nolan kian terbahak-bahak. Menunjukkan barisan geliginya yang putih berkilauan. Nolan punya ciri khas tawa tak biasa, seolah menghangatkan pendengaran hingga ke sanubari Jean.
Kedua matanya hampir-hampir terpejam saat dia tertawa, dan Nolan ini gampang sekali tertawa.
"Ayo, katakan saja. Apa yang bisa kubantu?" tanya Jean ingin membalas budi. "Izinkan aku membalas kebaikanmu yang telah menyelamatkan aku. Mumpung aku masih di sini, sebelum aku kembali ke Akademi Lucelence."
Nolan tersenyum antusias, "yakin kau mau membayarnya? Aku menolongmu tulus, kok. Aku enggak butuh apa-apa. Jika kau mau membantuku, dorong saja trolinya. Temani aku di sini. Biar aku enggak gampang bosan. Kadangan sendirian di sini juga membosankan, atau kau bisa makan malam denganku?"
Dahi Jean mengerut dalam, terpingkal geli. "Makan malam denganmu?! Kau pasti bercanda."